Wednesday, August 15, 2012

AGH. SANUSI BACO, Lc (Ketua MUI Sulsel)


Mengurusi Ummat Itu Menyenangkan
Berbicara soal seorang tokoh kharismatik ulama di sulsel, maka semua akan merujuk kepada seorang tokoh ulama sulsel asal Kab. Maros yakni Anre Gurutta Haji (AGH) KH.Sanusi Baco Lc. 

Maklum saja lelaki yang lahir 4 April 1937 ini sudah puluhan tahun bergelut dengan dunia dakwah. Bahkan sejak memasuki bangku sekolah menengah pertama sudah mulai mondok pesantren di Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) Ambo Dalle selama delapan tahun. 

Dipesantren inilah, Sanusi Baco muda digembleng untuk menjadi seorang juru dakwah yang handal dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Ilmu agamanya yang diperoleh di pesantren semakin diperdalam dengan terus berguru pada kyai-kyai yang ada pada masa itu. Hingga akhirnya hijran ke Makassar untuk meneruskan pendidikannya di Universitas Muslim Indonesia (UMI). 

Dikampus ini Sanusi Baco berhasil meraih gelar Sarjana Muda (BA). Di kampus UMI pula, sanusi mulai aktif berorganisasi dengan menjadi pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Yang kemudian di percaya pemerintah untuk melatih para mahasiswa untuk ikut berjuang membebaskan Irian barat. 

“Saat itu dipanggil ke Malino untuk melatih mahasiswa yang akan ikut berjuang dalam pembebasan Irian Barat, meski saya sendiri selalu berdoa agar tidak di ikutkan,” ujarnya sambil tertawa mengenang masa mudanya.
Dia mengakui bahawa berawal dari PMII dirinya sudah mulai tertarik berorganisasi, sehingga berbagai kegiatan organisai kepemudaan dan keagamaanpun diikutinya. Inilah yang juga menjadi modal utamannya untuk menjadi pemimpin dari para ulama dan kyai di sulsel. Bayangkan saja selama 15 tahun mengurusi Majelis Ulama Indonesia (MUI) sulsel dan NU Sulsel. 

Bagi ayah 8 orang anak ini, mengurusi ummat merupakan kebahagian sendiri. Itulah yang menjadi alasan utamanya sehingga tetap bertahan untuk mengurusi organisasi keagamaan. 

“Mengurusi ummat itu menyenangkan, dan kekayaan seorang ulama itu bukalah uang, tapi adalalah ummat,” ujarnya saat ditanya alasannya terjun ke organisasi ke agamaan. 

Dia mengaku mengabdikan hidup bagi ummat merupakan impiannya sejak kecil, karenanya begitu jalan terbuka. Totalitas hidupnya diperuntukkan dalam mengurusi ummat. 

Tekadnya ini memang tidak disangsikan lagi, karena di usianya yang sudah masuk 73 tahun ini, dia masik aktif berceramah dan mengajar. Belajar dari Gusdur dan Haji Kalla. 

Memastikan diri untuk terjun totalitas mengurusi ummat dengan afliasi ke salah satu organisasi keagamaan bukanlah tanpa sebab. Meski sejak mahasiswa sudah bergabung dengan PMII,lelaki yang suka membaca ini mulai mengenai NU saat dalam perjalanan menuju ke Kairo Mesir pada tahun 1963. Saat itu kakek dari 7 cucu ini mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan studinya di Universita Al Azhar. 

Saat itulah dia mengenal cucu dari pendiri NU, yakni KH.Abdulrahman Wahid yang lebih dikenal dengan Gusdur. Saat dalam perjalanan dengan menggunakan kapal laut, pensiunan dosen di IAIN Makassar ini berkenalan dengan Gusdur yang juga akan melanjutkan studinya di Al-Alzhar. Perjalanan yang tempuh selama sebulan lebih itu, digunakan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan Gusdur. Disinilah juga dia mengenal NU. 

“Gusdur itu moderat dan terbuka, suka membaca dan hampir waktunya dihabiskan untuk membaca,” ujarnya. 

Persahabatannya dengan Gusdur terus berlanjut, baik saat kuliah di Al-Azhar maupun setelah pulang dari Mesir. Di Al-Azhar bersama Gusdur, dirinya menjadi pengurus Mahasiswa yang berada di Al-Alzhar. Hanya saja kebersamaan mereka di Al-Azhar tidak berlangsung lama, karena Sanusi Baco harus kembali ke Indonesia, begitu dia berhasil meraih gelar sarjana. Keinginannya untuk melanjutkan ke S2 batal, karena dia minta kembali ke Indonesia setelah dirinya mendaftarkan diri untuk menjadi pasukan melawan tentara Israel. 

Hari-hari Sanusi Baco pun disibukkan dengan menjadi dosen di IAIN Makassar serta menjadi pengajar di beberapa sekolah dan pondok pesantren. Namun kesibukan menjadi seorang pendidik tidak menghentikan langkahnya untuk berdakwah dan mengurusi ummat. 

Bersama Haji Kalla (ayah Jusuf Kalla), dimana Haji Kalla menjadi bendahara Masjid Raya Makassar dari Yayasan Masjid Raya yang salah satu kegiatannya melakukan pengkaderan ulama. Sarjana agama dari IAIN ia rekrut di tempat ini untuk dididik menjadi ulama. Mereka diberi fasilitas seperti tempat menginap di belakang rumah Haji Kalla. 

Haji Kalla mengundang Gurutta Sanusi Baco untuk tinggal di Masjid Raya dan diberi kepercayaan me-mimpin Masjid Raya. Tidak cuma itu, Gurutta Sanusi Baco juga sekali seminggu diminta berceramah di kantor NV Hadji Kalla. 

Di masjid itulah, Gurutta Sanusi Baco mengisi hari-harinya bersama istri yang dinikahinya pada 1968. Setelah memiliki anak kelimanya lahir pada 1976, Gurutta Sanusi Baco meminta izin kepada Haji Kalla untuk pindah ke rumahnya sendiri di Jl. Pongtiku yang terletak di belakang Masjid Lailatul Qodri Makassar. Kemudian terakhir pindah ke Jl. Kelapa Tiga, sehingga dakwahnya semakin meluas. Beberapa tahun kemudian Sanusi Baco pun menjadi Ketua Yayasan Masjid Raya Makassar. Tradisi pengkaderan ulama terus dilanjutkan. 

“Saat ini sudah ada 14 angkatan dari pendidikan ulama yang di lakukan oleh masjid raya,” ujarnya. 

Suami dari Dra. Hj. Aminah (alm) mengungkapkan bahwa pengkaderan ulama itu sangat penting karena saat ini orang-orang yang paham dan mengerti agama (ulama) sudah banyak yang wafat. Sehingga diperlukan adanya regenasi ulama untuk melanjutkan penyebaran ajaran-ajaran islam.
Berharap MUI Lebih Baik Lagi
Sebagai panutan ummat dan kyai yang penuh kharismatik Ketua Yayasan Masjid Raya Makassar ini berharap agar para ulama yang bernaung di bawah MUI bisa bersama-sama membesarkan organisasi ini. Dengan menjadikan MUI sebagai organisasi keagamaan yang memiliki kharimatik dan menjadi panutan, dimana fatwa-fatwanya benar-benar untuk kepentingan ummat,sehingga fatwa tersebut juga di dengar oleh ummat. 

Rais Syuriah PWNU Sulawesi Selatan ini menilai bahwa hidup adalah perjuangan, penuh dengan probelematika sehingga harus dihadapi. Selain itu juga dalam menjalani hidup harus berani mengambil keputusan. 

“Inilah yang selalu saya tanamkan kepada anak-anak, agar mereka tidak takut dalam menghadapi hidup,” ujarnya. 

Karena prinsip ini pula, mantan Rektor Universitas Al-gazali ini, Tahun 2001 Gurutta Sanusi Baco memberanikan diri untuk mendiri-kan pesantren Nahdlatul Ulum. Gagasan awalnya dimulai ketika Jusuf Kalla memiliki program untuk membiayai kuliah santri-santri berprestasi ke perguruan tinggi unggulan di seluruh Indonesia. Dari inisiatif itu, Jusuf Kalla mewakaf-kan tanah seluas 4 hektar di Maros yang beberapa tahun lalu diwakafkan menjadi pesantren milik NU. 

Kini pondok pesantren Nahdlatul Ulum, sudah berada di beberapa daerah seperti Jeneponto dan Takalar. Kemudian mendirikan kampus Universita Al-Gazali yang kini menjadi Universita Islam Indonesia Makassar. 

Kini di usianya yang semakin senja, tidak membuatnya berhenti untuk berdakwa. Dengan semangat untuk melayani ummat, lelaki yang menyukai lari pagi ini masih saja melayani panggilan ceramah hingga ke daerah-daerah. 

Ulama yang dikenal sebabgai sosok yang moderat dan toleran ini hanya berharap suatu saat nanti akan hadir ulama-ulama yang bisa membawa kebajikan bagi semua ummat manusia di muka bumi ini. Menurutnya sikap moderat dan toleran tidak boleh mengorbankan aqidah serta harus tetap mempertahankan prinsip-prinsip agama.
Biodata:
  • Nama : AGH Sanusi Baco LC
  • Lahir : Maros 4 April 1937
  • Istri : Dra.. Hj. Aminah Sanusi
  • Anak : 8 orang
  • Pendidika :
  • S1 Universitas Al-Azhar Kairo –Mesir
  • BA Univesitas Muslim Indonesia
  • Ketua Umum MUI sulsel
  • Rais Syuriah PWNU Sulawesi Selatan
  • Ketua yayasan masjid raya Makassar. [KM02]
Salinan Dari Sumber Asli: Kabarmakassar.com

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

MyBukukuningLink

Bertukar link?



Copy kode di bawah masukan di blog anda, MyBukukuning akan segera linkback kembali. TRIMS!

Super-Bee

Popular Posts

BOOK FAIR ONLINE

Book Fair Online

PENGOBATAN LANGSUNG DENGAN HERBAL ALAMI:

BURSA BUKU IAPDIKA: "KASIH SANG MERPATI" (Rp 25.000)

animated gifs
Info | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA

IAPDIKA GALERI:

animated gifs
Info: | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA