Mengembalikan DDI ke Pangkuan Ulama
Ketika saya meminta pendapat ibuku - seorang wanita tua yang separuh dari hidupnya ia abdikan untuk mendampingi suaminya Almarhum AG.H.Abd.Rahman Matammeng, salah seorang tokoh utama DDI – tentang kasak-kusuk di seputar DDI dan dimana saya harus memilih. Sejenak wajah tuanya tepekur, lama baru beliau menyahut: “Kau harus berdiri di barisan ulama.” Malamnya, saya langsung mengontak seorang ulama besar Indonesia yang juga salah seorang pendiri DDI, AG.H.Ali Yafie (mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia) menanyakan tentang hal yang sama: jawabnya juga sama dengan ibuku: di barisan ulama. Sejak saat itu, saya rajin mengikuti perkembangan DDI sampai dicetuskannya deklarasi “DI-AG.D Abdurrahman Ambo Dalle” di mana saya di dalamnya juga turut membubuhkan tanda tangan, sebagai wujud rasa kecintaanku kepada DDI dan kepada amanah ibuku. Karenanya, saya tahu persis gerangan apa yang berkecamuk dalam pikiran-pikiran kaum reformis DDI itu. Saya lebih suka menyebut “DDI-AG. Abdurrahman Ambo Dalle” sebagai sebuah gerakan para ulama dan kebangkitan kaum intelektual muda DDI. Ia adalah sebuah bentuk perlawanan yang ingin membebaskan DDI dari berbagai kepentingan politik dan mengembalikan DDI ke pangkuan para ulama yang berbasis pesantren, seperti yang terlihat pada mabdanya tahun 1938.
BACA SELANJUTNYA:
My Buku Kuning Center TARO ADA TARO GAU: DEKLARASI DDI ABDURAHMAN AMBO DALLE (DDI AD)::
No comments:
Post a Comment