"Hijrah Dari Hilir Sungai Mahakam Loa - Janan Ke Lembah
Pegunungan Tirasa - Kaballangang"
Pada sekitar tahun 1985 M (abad ke-20) lalu –
dengan berat hati – saya meninggalkan kampung halaman yang tercinta untuk pertama
kalinya seumur hidup, demi mengejar suatu impian yang sudah terpatri dalam jiwa
semenjak kecil, yaitu “barakka’-na Anregurutta Ambo Dalle di tanah bugis”.
Maka setelah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah DDI
Tani Aman, penulis disarankan oleh kedua Orang tua untuk melanjutkan pendidikan
di negeri nenek moyang kami di tanah Bugis, tepatnya di Madrasah Tsanawiyah PP-MU
DDI Lil-Banin Pusat Kabalangang – Pinrang, yang pada saat itu merupakan salah
satu pusat pendidikan Islam tersohor di Indonesia Timur di bawah pimpinan seorang
ulama yang kharismatik dan dikenal dengan wali Allah yang mempunyai berakah
(barakka’), yaitu Anregurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle.
Sebelum hijrah menuntut ilmu di DDI Kaballangang,
penulis menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar (SD), di Madrasah
Ibtidaiyah DDI Tani Aman, adalah salah satu cabang DDI yang terbesar di Kaltim
(Samarinda), dan bahkan mungkin yang terbesar di kepulau-an terbesar Nusantara
(BORNEO) pada saat itu. Demikian, maka sosok ANREGURUTTA AMBO DALLE sudah tidak
asing lagi dikalangan orang-orang tua & keluarg besar kami yang sudah lama
merantau di kota Samarinda pada khususnya, dan di Provensi Kalimantan Timur pada
ummnya.
Bagi penulis sendiri selain pernah beberapa kali bertemu
langsung dengan ANREGURUTTA, juga sering mendengarkan cerita-cerita kemulian
beliau dari orang tua kami, begitu juga dari guru-guru kami ketika masih duduk
dibangku Madrasah Ibtidaiyah, di mana guru-guru kami tersebut adalah alumni-alumni
dari DDI Pusat Sulawesi, yang ditugaskan oleh Anregurutta mengabdi di Madrasah kami pada waktu itu, di antaranya
ada dari alumni DDI Ujung Lare dan ada pula alumni dari sekolah As'adiyah
Sengkang... yang rata-rata masih bisa dibilang dari family-family kami sendiri.
Bahkan ada di antara guru-guru (utusan DDI pusat) yang
dulu mengajar di madrasah Ibtidaiyah DDI Tani Aman, sedang penulis pada saat itu masih kecil sekali dan bersekolah
di TK, seperti: Pamanda H. Iskandar, Muhammad Abduh Samad (Om Abduh - begitu
saya memanggilnya), yang tiada lain adalah juga adik kandung dari Gurutta KH. Muh.
Yunus Samad Lc – sekarang bermukim di kota Jeddah - KSA. Om Abduh sendiri
berada di Loajanan sebagai guru utusan dari DDI pusat (U.L) kira-kira tahun
1977, yang artinya Usia saya sa'at itu baru 4 tahun.
Disamping itu semua, jika GURUTTA' AMBO DALLE
Berkunjung ke kaltim, maka sebelum melanjutkan perjalanan ke Longiram (Kampungnya
Ustz Imran Daniel/ Pa Cempo-e) yang masih kerabat dekat Beliau, GURUTTA' selalu
menyempatkan untuk 'Arraja (singgah) sebentr di Rumah paman saya Almrhm
H. Muh. Idris barang 2-3 jam baru melanjutkan perjalanan-nya Ke Longiram yang
memakan waktu 1 hari 1 malam dengan menggunakan transportasi Air.
Diselah-selah waktu 2-3 jam itulah kami gunakan (Ortu
& keluarga kami) untuk menjamu GURUTTA serta meminta Barakka'na. Pamanda H.
Idris sendiri adalah pengurus DDI Di Taniaman pada sa'at itu dan sebagai tokoh
masyarakat yang sangat dihormati dan disegani di wilayah samarinda, Beliau juga
adalah ayahanda dari saudara kita: M. Rijal Idris & Syahruddin Idris (Cahyo),
yang nota bene kedua kakak sepupu penulis tersebut sudah terlebih dahulu mengecap
pendidikan di Kaballangang.
Itulah sebagian faktor yang menyebabkan GURUTTA'
tdk asing bagi keluarga besar kami yang ada di kal-tim, Bahwa GURUTTA' adalah
seorang Tokoh Ulama Besar yang sudah kami anggap sebagai Keluarga Sendiri, dan
begitu pula sebaliknya.
Maka faktor-faktor itu pula-lah yang memotifasi penulis
berhijrah meninggalkan kampung halaman, kedua orang tua tercinta dan saudara-saudara
kami untuk pergi menuntut ilmu di Ponpes DDI Kaballangang, yang dipimpin oleh
Ulama besar yang sangat kharismatik dan selalu dimintai Berkahnya ANREGUTTA
Ambo Dalle. Dan sekaligus juga merupakan manifestasi dari menunaikan perintah
Allah, sebagaimana dalam firman-Nya:
فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (١٢٢)Artinya: “mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS: 09: 122)
Disamping karena anjuran kedua orang tua dan pamanda
Drs. H.Bunyamin Amin, Lc. memang ada suatu dorongan yang amat kuat dalam diri
saya untuk menyusul kakak-kakak sepupu yang sudah terlebih dahulu mondok di Kaballangang,
seperti: M.Rijal Idris yang satu letting dengan Jumran Tawas; Abd. Muin
setingkat dangan Med Hatta dan Mustamin Maddu; Muh. Amin Iskandar; Muh. Tamrin;
serta Syahruddin Idris (La Cahyo), angkatanna Agus, Muntaha, Faisa, dan Taslim.
Mereka-mereka itu-lah semua yang memberikan
dorongan atau Inspirator saya untuk mengecap pendidikan di DDI Kaballangang, sebab
suatu kebanggaan tersendiri buat pribadi saya, yang notabene dulunya bersekolah
di cabangnya DDI terus lanjut ke pusatnya DDI, padatoi laona ada ya makkada-e
"Pole DPR-D Tk II Najokka DPR-RI". Iyya' situu ... hehehe V!
Tibalah saatnya saya berangkat untuk menunaikan hasrat
tersebut, dengan diantar Ibunda tercinta beserta keluarga (Rombongan), karena
kebetulan juga pada saat itu, selain ingin ke Kaballangang, juga sekalian akan
menghadiri pernikahan kakak kami saudari Husni (senni), yang tidak lain adalah
kakak dari saudara Muh. Amin Iskandar, yang bertempat di Ujung Lare'.
Singkat cerita, tibalah kami di kediaman Kanda Amin
Iskandar, kami menginap selama 2 hari di Rumahnya, utk memulihkan tenaga yang lagi
down, akibat telah melakukan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan. Selanjutnya
pada hari ketiga, tepatnya ba'da Ashar, saya-pun bergegas mempersiapkan semua
kebutuhanku yang akan dipergunakan nantinya di pondok.
Kemudian berangkatlah saya bersama Ibunda, tante Hj.
Zainab (ibu'nya Cahyo), Cahyo dan adik-adik saya menuju ke Kaballangang dengan
menggunakan mobil carteran, dan di temani oleh Pamanda H. Iskandar Ali untuk
bertemu dan silaturrahim dengn Gurutta' di Kaballangang.
Saya dan Syahruddin duduk di kursi belakang, sambil membuka kaca jendela mobil agar supaya hawa sejuk masuk untuk menyelimuti diriku yang pada saat itu lagi berdebar-debar, karena akan menuju ke Pesantren Kaballangang dan bertemu dengan Gurutta'... Entah kenapa dan bagaimana persaan itu muncul... Allahu A'lam Bisshawab.
Dalam perjalanan Menuju ke Kaballangang, yang terlintas
di dalam fikiran saya pada waktu itu tentang Kaballangang adalah Gedung-gedung
yang tinggi dan mewah, layaknya Pondok Moderen Darussalam Gontor, Asrama yang
tersusun rapi yang dibalut warna yang mempesona, pintu Gerbang yang besar dihiasi
dengan tulisa-tulisan Kaligrafi, di pagari oleh tembok beton yang tinggi dengan
santri-santri yang memakai pakaian bersih dengan kopiah dan sarungnya, disertai
dengan kitab ditangannya...terasa hati ini berbunga-bunga, karena sudah tidak
sabar lagi ingin segera sampai ketujuan, Pondok Pesantren Manahilil-ulum
Addariyah DDI Kaballangang, yang dipimpin oleh seorang Ulama Besar dan
Kharismatik dari Tanah Bugis.
Selama perjalanan saya selalu bertanya kepada Cahyo
tentang nama-nama kampung yang tengah kita lewati. Cahyo menjelaskannya dengan
detail layaknya guide (pemandu wisata): Ini namanya kampung Kariango,
ini namanya pinrang, yang jalanan arah ke kanan menuju ke Sidrap, ini namanya
Toko jakarta, kalau yang ke kiri itu menuju ke Langnga temptnya ikan, nah ini
warung Es Teler langgananku, enak sekali es telernya terang cahyo. Cahyo-pun
terus memberitaukan saya tentang kota Pinrang, memang banyak sekali yang diketahuinya,
sebab sudah 1 tahun dia mondok di Kaballangang tepatnya tahun 1984, bersama
dengan saudara Agus Salim, Faisal. Muntaha dll-nya.
Sampai disuatu tempat Cahyo-pun kembali mengatakan
kepada saya: Nah, ini namnya Baramuli nanti kamu dibawa kesitu untuk menanam
karung goni! saya pun langsung kaget, kok disuruh menanam !!!... itupun berlalu
tanpa pembahasan selanjutnya. Tidak lama kemudian sampailah di suatu jembatan
Kamponna IBLO, namanya jembatan Lasape'.
Mobilpun terus melaju menuju ke Kaballangang,
hingga disuatu jalan ada persimpangan kecil , mobilpun belok kekanan menuju
jalanan tersebut, di saat bersamaan beloknya mobil, sayapun langsung mengetahui
bahwa "LETTU'NI" disebabkan saya melihat plang berlambang DDI
dengan beground warna hijau yang bertuliskan: "PONDOK PESANTEREN MANAHILIL-ULUM ADDARIYAH DDI KABALLANGANG KAB. PINRANG".
Pelan tapi pasti, mobil yang saya tumpangi terus
menelusuri jalanan yang menuju ke pesanteren dengan kecepatan 30 km/jam. Setelah
setibanya di sebuah jembatan kecil (depan rumahnya Eda'), Mata sayapun tertuju
ke arah kanan,sebuah pagar kawat berduri, yang di baliknya banyak
pepohonan-pepohonan kecil, semak-semak belukar dan padang ilalang. Samar-samar
dari mobil yang saya tumpangi, saya pun melihat bangunan serta beberapa pondok
kecil, layaknya pondok-pondokan sawah yg ada di kampung kami. Sayapun hanya tertegun menyaksikannya, seakan
tdk mau menerima dengan apa yang pernah saya gambarkan tentang Kaballangang.
Sayup-sayup terdengar suara Lantunan ayat-ayat suci
Al-qur'an yg berasal dari sebuah bangunan yang ada ditengah-tengah Lokasi podok
pesantren "Al-wasilah" itulah Nama mesjidnya: yag bisa di artikan
sebagai Jalan atau sebab. Tak terasa kamipun sampai di depan mesjid tersebut,
dan berhenti persis di depan Rumah yang saya anggap megah dengan arsitektur
bangunan yg bagus lagi indah, asri, sejuk di pandang mata. Dengan tulisan atau
kaligrafi yang tepat berada di bagian depan Rumah (Gambar tulisa Ashabul kahfi)
semkain membuat Rumah tersebut sangat berwibawa dan Makarame'.
Singkat cerita, kamipun berjalan menuju rumah tersebut
yang ternyata didiami oleh Anre GURUTTA', Sesampai di depan pintu Nampak
seseorang dari dalam rumah berjalan menuju kearah kami yang kebetulan pintunya
dalam keadaan terbuka, Paman H.Iskandar Ali pun berbincang dengan Orang tersebut
yang ternyata sudah sangat saling kenal diantara mereka.
Paman saya bertanya kepadanya dengan memakai bahasa
Bugis: Engaka muiga gurutta? Orang itu menjawab: Iyye' Engkamui Ustz, Tp
de'nullewi gurutta' Atau malasawi. Setelah berbincang, orang tadi kembali masuk
kedalam rumah, tak lama kemudian diapun keluar kembali dengan bersama seorang
wanita yang sudah kelihatan tua, wanita tua tersebut adalah Pung Hawa Istri dari
Gurutta', sang kharismatik.
Beliau pun lalu mempersilahkan kami masuk sambil berbincang-bincang dengan pamanda... lalu beliau mempersilahkan kami duduk dan bertanya: Sianna tapole Sika. Paman jawab: Silalonamua pung.
Pung Hawa: De' je' naullei-tu gurutta' angka polena juppandang.
Paman: Malasa Agai pung. Pung Hawa : Matekko'mi kapang, makkuaniro ko to macoa.
Beliau pun lalu mempersilahkan kami masuk sambil berbincang-bincang dengan pamanda... lalu beliau mempersilahkan kami duduk dan bertanya: Sianna tapole Sika. Paman jawab: Silalonamua pung.
Pung Hawa: De' je' naullei-tu gurutta' angka polena juppandang.
Paman: Malasa Agai pung. Pung Hawa : Matekko'mi kapang, makkuaniro ko to macoa.
Paman pun menceritakan maksud kedatangannya, dan
memperkenalkan maksud kedatangan kami, dengan menyebut Nama ibunda Hj. Zainab. Puang
Hawa: Allaa I Sena' pale'-aaa pole samarenda.
Tak lama kemudian terdengar Suara dart kamar yang berada di dekat ruang tamu, Suara tersebut sangat halus dan amat berwibawa terdengar di telinga, puang Hawa'pun segera masuk, tanpa disuruh pamanpun beranjak dari tmpt duduknya dan mendekat masuk kekamar Gurutta'.
Paman-da pun Menoleh kpd kami dn mmberikan Isyarat
yg memanggil kami untuk ikut bersama masuk ke dalam kamar tersebut.
Sesampainya kami di dalam kamar tersebut, kamipun menghampiri Gurutta' yang sedang berbaring di atas Ranjangnya dengan sebuah tasbih yang ada di tangannya., kamipun menghampiri beliau dan mencium tangan beliau secara bergantian, kamipun duduk di lantai dan gurutta'pun Berkata: igaje' muewa sibawa sika? Paman: Sappisekku' puang polewi ri samarenda, maelo'-i ppatama'i Ana'na massikola ri Kaballangang.
Sesampainya kami di dalam kamar tersebut, kamipun menghampiri Gurutta' yang sedang berbaring di atas Ranjangnya dengan sebuah tasbih yang ada di tangannya., kamipun menghampiri beliau dan mencium tangan beliau secara bergantian, kamipun duduk di lantai dan gurutta'pun Berkata: igaje' muewa sibawa sika? Paman: Sappisekku' puang polewi ri samarenda, maelo'-i ppatama'i Ana'na massikola ri Kaballangang.
Gurutta': Pole samarenda? Belanatu maelo' jokka
mattuntu'... iyyanatu Alebbirenna iyaseng-nge paddisengeng. Puang Hawa : I
Sena' Je'e puang pole ri samarenda, Beliaupun lngsung beranjak dari tidurnya
dan berkata; i sena' benena Aji idris?? Setelah mendengarkan nasehat ataupun
petuah2 dari Gurutta'pun ingin beranjak dari tempat tidurnya, dan berkata
okkoni'-ro saliweng tuda ttudang, kami pun kembali keruang Tamu bersama dengan gurutta
yang dipapah oleh paman-da beserta Orang yang pertama tadi kami temui di rumh
gurutta', yang tak lain adalah Kanda Ambo Arsyad (Ambo-e).
Selanjutnya pung hawa'-pun bercerita kembali
tentang sesutu sebelum kedatangan kami di Rumah GURUTTA' pd hari itu, bahwa;
ada beberapa orng yg ingin bertemu dengan GURUTTA', bersama Rombongan dengan jumlah
2 mobil dari UPG, entah itu pejabat dari Makassar, Ataupun Tokoh masyarakat,
atau pengusaha besar, tapi tidak diterima oleh Ahlul-Baiyt, sebab keadaan
GURUTTA' sedang sakit pada saat itu, dan memang kata puang Hawa' lagi; Beliau
sendirilah (GURUTTA') yang tidak menginginkan pertemuan tersebut. Jadi
pulanglah Rombongan itu tanpa bertemu dengan GURUTTA'.
Lanjut puang Hawa' berkata lagi; tapi memang
keadaan GURUTTA' saat itu bener2 sakit bahkan tdk bisa beranjak dari tempat
tdrnya, tp yg bikin saya heran ( kata Pung Hawa' ) pas upodanggi makkeda; pung
Engkai sika (H.Iskandar) pole pare-pare sibawai Sena' pole Samarenda maelo
mmewaki' siruntu'. Langsung seperti orang sehat dan seperti ingin beranjak dr
pembaringannya.Lalu beliau ( GURUTTA') pun Berkata kpd Isterinya (Pung Hawa')
suroni mai pada ttama okko kamara-e.
setelah pung Hawa' menceritakan kepada kami yg di
dengar langsung Oleh GURUTTA', di Ruang tamunya, tmpt kita berkumpul,
Beliau-pun tersenyum sambil berkata; Barakka'na tu mbo' Attuntukeng
paddissengeng-nge.
Mendengr cerita dari Pung Hawa' tsb; kita bisa
mengambil kesimpulan bahwa : Tidak bisa di pungkiri lagi GURUTTA' Adlh betul2
seorang Ulama' yg Riil dan karismatik , krn Kecintaan beliau terhadp semua
Calon santri-santrinya yg ingin menuntut ilmu Agama, beliau juga seorang Wali
dengan sifat-sifat yg tlh di Gambarkannya lewat tutur katanya dan prilaku kesehariannya,
di samping jg sering mendptkn karomah dr Allah swt, yg memang diluar kemampuan
Nalar seorang Manusia.
Ba'da tzalik,...setelah saya di do'akan oleh
GURUTTA' dgn cara khasnya, seperti beberapa kali yg pernah saya rasakan sewaktu
masih di Loa-janan Jika ada GURUTTA' berkunjung ke Samarinda yaitu : dengan
cara membuka mulut, lalu GURUTTA' meniyupnya di sertai dgn memegang kepala (Di
capu-capu), lalu beliaupun memandagi saya sambil tersenyum dengan senyuman
berkah yg sangat menyejukkan perasaan.
Setelah itu sayapun beranjak dr tempat duduk saya, maksud hati ingin melihat-lihat keadaan Pesantren dan aktivitas para santrinya. Saya pun diajak pamanda beserta syahruddin idris (Cahyo) utk melihat-lihat keadaannya. Sesampai di belakang rumah GURUTTA', yg pd waktu itu baru ada sumur serta rawa-rawa dan jg ada beberapa makhluk padang pasir yg saya lihat (2-3 ekor Bembala'/ Kibas).
Setelah itu sayapun beranjak dr tempat duduk saya, maksud hati ingin melihat-lihat keadaan Pesantren dan aktivitas para santrinya. Saya pun diajak pamanda beserta syahruddin idris (Cahyo) utk melihat-lihat keadaannya. Sesampai di belakang rumah GURUTTA', yg pd waktu itu baru ada sumur serta rawa-rawa dan jg ada beberapa makhluk padang pasir yg saya lihat (2-3 ekor Bembala'/ Kibas).
Nampak dari kejauhan rumah GURUTTA' sebuah rumah
kayu yg besar dgn penerangan Lampu pijar ( pajjennangeng ), ada jg asrama
panjang yg sangat sepi sekali dgn lampu pijarnya. Lalu Cahyo-pun menunjuk ke
sebuah Asrama sblh kanan Rumah kayu besar tsb, dan berkata Asrama saya dan
kanda Rijal di situ, juga sangat sepi pd wktu itu. Kamipun masuk kembali ke dlm
Rumah GURUTTA' dgn perasaan lesu yg saya rasakan.
Sbb tidak sesuai dengan apa yg ada di fikiran saya
pada waktu sebelum menginjakkan kaki di kblg, saya pun duduk kembali di ruang
tamu dgn perasaan kurang semangat, krn telah melihat keadaan pesantren yg
sangat sepi dari aktivitas para santerinya, dgn bbrp gedung saja yg masih bnyk
rawa-rawa dan hutan2nya.
Melihat raut wajah saya Pamanda-pun Bertanya "magai,
mullemua musedding mmonro massikola okkoe pesantrengnge", sy pun diam
sejenak lalu berkata dgn suara Ÿang lesu ; Aiiiy seppi senna' bela... nappa
makurang ladde' taunna, dgn asumsi saya waktu pergi sembahyang Magrib, saya
lihat hanya beberapa santri saja pd wkt itu yg ikut berjama'ah, Termask kanda
Ambo Arsyad (Mungkin sekitar 15-20 jama'ah saja) yg di Imami oleh Almrhm Gurutta'
H. Jamalu.
Sayapun melihat Ekspresi wajah GURUTTA' saat itu tersenyum, lalu Pamanda H.Iskandar-pun berkata kpd GURUTTA " Malino Senna'i Gare'na pung ", Beliaupun Cuma tersenyum kembali, dan berkata lagi pamanda kpd saya: memang Saat ini sepi sbb Santrinya masih pada libur semua, msh berada di kampungnya masing2, adapun santri-santri yg ada di mesjid tadi, itu santri yg jauh kampungnya...jd tidak pulang berlibur. ( Tdk menutup kemungkinan di mesjid itu ada kanda Askar, Aqshal tahir,Rahing dll ).jd nanti kalau sdh dtng semua para santrinya dr kampungnya berlibur rame sekali sdh itu, asrama-asrama serta rumah2 kayu itu, jg nnt penuh santrinya, sama jg di rumah GURUTTA' ini, bnyk jg santri yg tinggal disini lg paulang kampung jg.blm lagi kalau sdh buka tahun ajaran baru ( penerimaan siswa baru ) makin bertambah banyak lagi santrinya dan tentunya semakin ramai lagi.kalau skrng yah masih sepi dn blm buka jg pendaftaran.
Sayapun melihat Ekspresi wajah GURUTTA' saat itu tersenyum, lalu Pamanda H.Iskandar-pun berkata kpd GURUTTA " Malino Senna'i Gare'na pung ", Beliaupun Cuma tersenyum kembali, dan berkata lagi pamanda kpd saya: memang Saat ini sepi sbb Santrinya masih pada libur semua, msh berada di kampungnya masing2, adapun santri-santri yg ada di mesjid tadi, itu santri yg jauh kampungnya...jd tidak pulang berlibur. ( Tdk menutup kemungkinan di mesjid itu ada kanda Askar, Aqshal tahir,Rahing dll ).jd nanti kalau sdh dtng semua para santrinya dr kampungnya berlibur rame sekali sdh itu, asrama-asrama serta rumah2 kayu itu, jg nnt penuh santrinya, sama jg di rumah GURUTTA' ini, bnyk jg santri yg tinggal disini lg paulang kampung jg.blm lagi kalau sdh buka tahun ajaran baru ( penerimaan siswa baru ) makin bertambah banyak lagi santrinya dan tentunya semakin ramai lagi.kalau skrng yah masih sepi dn blm buka jg pendaftaran.
Mendengar itu semua, semangat sayapun kembali kuat
lg utk nyantri di Kaballangang, sprt keinginan sebelumnya. Wajah sayapun ceria
kembali. Sebenarnya GURUTTA' dan Pung Hawa' sempat menawarkan kpd paman kami
dan ibu kami utk tinggal di rumah beliau, tp paman kami mengutarakan kepada
beliau keinginan ibunda kami, utk ttp sama2 tinggal dgn saudara2 sepupu kami di
Asrama, Menurut pertimbangan ibu saya pd saat itu, Agar spy saya tdk merasa
kesepian dan merasa asing. paman H.Iskandar pun Berkata kepada GURUTTA': "
Maelo'-i Gare' pung monro ko Asramae, sibawa maneng Daenna".
Setelah Pamanda Mengutarakan kpd GURUTTA' ttg Acara
pernikahan Anaknya,kamipun berpamitan kpd Gurutta' dan pung Hawa' utk kembali
pulang menuju ke pare-pare, sayapun ikut kembali pulang bersama keluarga utk
meng hadiri upacara pernikahan kakak sepupu saya esok harinya.
Singkat Cerita,Kamipun Kembali lg ke kblg utk yg ke
2 kalinya bersama keluarga (ibunda) beserta kanda Rijal Idris,sesampai di kblg
kamipun kembali ke Rumah GURUTTA' utk minta Do'a Restunya (Barakka'na), kami
pun langsung menuju Asrama tempatnya kanda Rijal dan Cahyo, tptnya Asrama beton
yg dekat Asrama kayu Orang polmas, Saat itu suasana Campus masi agak sepi, Cmn
yg tidk pulang kampung aja ada pada saat itu, malam pun semakin larut, kira2 jm
9 malm setelah ibunda saya membantu mengatur barang2 bawaan saya, ibunda,
Pamanda serta Ibunda hj Zainab meninggalkn kami utk kembali ke pare-pare dlm
kesunyian kaballangang, Rasa harupun muncul di sertai kesedihan saat bersalaman
kpd ibunda, sayapun menangis di pelukannya, dan seraya ibunda berkata "
Attunru-tunruko na' wa magguru, Aja' muewa ewai gurummu na daengmu, parakai
Sumpaja-mmu" dan kata2 terakhir ibu saya tersebut, terus di gaung kannya
mulai sa'at itu dan di setip suratnya, sampai sekarang ini, yg nota bene sdh
berkeluarga dgn 3 orang anak. Sayapun memandangi Beliau menuju mobil yg akan
membawa'nya pulang ke pare-pare, Akupun terus memandangi mobil tsb smpai hilang
dari pandangan, baru saya menuju ke Asrama kembali dengan rasa sedih krn baru
kali itu berpisah dgn orang tua.sesampai di kamr saya pun terus di hibur oleh
kedua kakak saya agr saya ttp kuat dan tegar dgn cerita2nya tentang Enaknya
Tinggal di kblg, termasuk cerita ttng Air terjun Pasandorang.
Lambat laun sayapun tinggal di kblg dengan
mengikuti kegiatan Sholat berjama'ah di mesjid, krn pada waktu itu Sekolah
masih libur. Selain Sholat di mesjid sy isi hari-hariku berjalan-jalan di
sekitar Campus, kerumah Cemma makan Pala buutung, ke pinrang dll.
Setelah bbrp hari berselang, sy pun mulai bisa
menyesuaikan hidup di pondok, Sdh mengenal Almrhm Gurutta H.Jamalu, H.Luqman,
Ambo-e yg seblmnya sy sudah kenal, Ustz Imran, kanda Aqshal,kanda Askar sibawa
menteri Penerangangnge, Muhammad Kal-bar dn kanda Rahing.
Setelah bbrp hari berlalu, mulailah para santri2 berdatangan dr kampungnya masing, Aktivitas orng pun sdh Ramai sekali, ada yg bawa banyak brng dgn ditenteng ada juga di pikulnya...Wah pd saat itu sudh malai ramai sekali, malam harinya pun sembahyang berjamaah d mesjid sdh ramai sekai dgn santri santrinya yg lama maupun yg baru dgn bersama orang2 tua wali murid yg mengantar anaknya pd saat itu.
Pada malamnya disitulah utk pertama kalinya saya berjumpa dengan kanda Jumran Tawas di Asrama sambi minum kopi,teh dan menyantap oleh2 yg kami bawa dari samarinda.
Setelah bbrp hari berlalu, mulailah para santri2 berdatangan dr kampungnya masing, Aktivitas orng pun sdh Ramai sekali, ada yg bawa banyak brng dgn ditenteng ada juga di pikulnya...Wah pd saat itu sudh malai ramai sekali, malam harinya pun sembahyang berjamaah d mesjid sdh ramai sekai dgn santri santrinya yg lama maupun yg baru dgn bersama orang2 tua wali murid yg mengantar anaknya pd saat itu.
Pada malamnya disitulah utk pertama kalinya saya berjumpa dengan kanda Jumran Tawas di Asrama sambi minum kopi,teh dan menyantap oleh2 yg kami bawa dari samarinda.
Sayapun sdh merasa betah tinggal di kaballangang,
apalagi kl ketemu murid baru seolah-saya ini adalah senior mrk saja...hehehe
Maklum saya beranggapan pd wktu itu semua santri yg br masuk di thn 1985 itu,
sy anggap junior sy semua....hehehe , Nasaba' sy beranggapan sayalah yg pertama
kali masuk di kblg...hehehe momposi sifa' sombongnya ananae...hehehe استغفرالله العضيم .
Akhir dr kisah, pada thn 1985 itulah awal
kebangkitan, kejayaan, Serta Purnama Nya "PONDOK PESANTREN MANAHILIL-ULUM
ADDARIYAH DDI KABALLANGANG".yg terng menderang menerangi Nusantara.
Sedangkan jumlah santri pada waktu itu sdh mencapai
750-an santri (mohon di koreksi). Dan akhirtnya tercapailah tujuanku utk
mengejar Berkahnya GURUTTA di tanah bugis. Semoga apa yg saya tulis ini,adlh
sebagai pengalaman pribadi saya, bisa menjadi bermanfaat bg pembacanya dan di
Ridhoi oleh Allah swt. "Wabillahi Taufiq Wal-Irsyad, Wassalamu 'Alaikum
Warah matullahi Wabarakatuh".
Tunggu di Episode selanjutnya dengan judul: "MENYINGKAP
BERKAHNYA GURUTTA DARI TANAH BUGIS".
Artikel berhubungan:
No comments:
Post a Comment