Purnama di Kaballangang (3):
(Mengenang Al-Marhum Gurutta Ambo Dalle:
(Mengenang Al-Marhum Gurutta Ambo Dalle:
Reformasi ala Gurutta dan Revitalisasi PotensiOleh: Suaib Tahir
Reformasi Gurutta di Kaballangang tentu tidak
seperti reformasi yang dilakukan oleh para mahasiswa atau tokoh-tokoh nasional
di Indonesia pada era tahun 1996 - 1998 yang mengakibatkan berbagai kerugian
materi dan fasilitas umum serta jiwa atau reformasi yang terjadi di dunia Arab
selama tahun 2011-2012 yang mengakibatkan ribuan korban jiwa. Reformasi Gurutta
sangat sederhana dan tak lebih sebagai sebuah perubahan menuju tatanan baru
dalam tubuh Ponpes Kaballangang baik dalam sistim pendidikan maupun managemen.
Walaupun demikian, telah memberikan dampak besar bagi pengembangan Ponpes dan
santrinya di kemudian hari.
Sebagaimana saya sebutkan sebelumnya bahwa pada
sekitar tahun 1981-1988 merupakan era kebangkitan Kaballangang selain karena
jumlah santri yang terus meningkat dari waktu ke waktu, juga hampir semua
alumni DDI yang belajar di Mesir dan alumni Ujung Lare, kembali ke Kaballangang
(baca; Purnama mulai bersinar di Kaballangang). Kedatangan para alumni telah
mendorong Gurutta untuk merealisasikan seluruh harapannya.
Karena itu, Gurutta melakukan berbagai perbaikan
termasuk pengadaan fasilitas bagi alumni guna mendukung upaya dalam memperbaiki
dan memajukan pesantrennya. Seandainya waktu itu sudah ada iPad, Samsung Galaxy
S III atau Black Berry dan jaringan internet serta fasilitas komunikasi lainnya
yang ada saat ini, itupun akan disediakan Guruttta demi pendidikan agama. Sikap
ini merupakan manifestasi dari slogam Gurutta yang selama ini masyhur di
kalangan anak DDI yaitu “milikku adalah milik DDI, tapi milik DDI bukan
milikku”.
Gurutta selalu mengingatkan kita agar selalu siap
berkorban; harta dan jiwa demi sebuah kebaikan karena pengorbanan dan
perjuangan demi kebaikan akan menghasilkan sebuah anugrah yang tak terhingga
dan ini dapat dilihat dari keajaiban yang sering kali terjadi pada diri Gurutta
seperti, uang yang datang setiap saat di kamarnya, keagungan Gurutta
ditengah-tengah masyarakat dan pejabat dan lain-lain sebagainya.
Perubahan mendasar yang pertama dilakukan Gurutta
adalah merestrukturisasi sistim persekolahan, pengajian dan kegiatan lainnya
yang dianggap akan mendukung peningkatan kwalitas santri. Gurutta terkesan
ingin sekali jika santrinya segera menimba seluruh ilmu yang dimiliki, karena
ketika itu Gurutta selalu mengatakan bahwa umurnya sudah semakin tua dan ingin
segera melihat anak-anaknya dapat mewarisi ilmu dan pengetahuan yang
dimilikinya. Karena itu, ia berjuang keras dan tak pernah merasa lelah
memperbaiki kondisi Pesantren yang meliputi sekolah, pengajian dan sumber daya
manusianya.
Langkah ini mengingat, sekolah dan pengajian sering
kali tidak berjalan jika Gurutta sedang sibuk memenuhi tuntutan masyarakat umum
untuk kepentingan bersama seperti, menghadiri sidang-sidang di Jakarta atau di
Makkassar mengingat masa itu merupakan masa fleksibilitas pemerintahan orde
baru terhadap lembaga-lembaga Islam yang jika dibanding sebelumnya sangat ketat
terhadap setiap kelompok atau gerakan yang berbau Islam. Setiap pertemuan besar
yang melibatkan tokoh agama baik di Makassar maupun di Jakarta, Gurutta selalu
diundang mewakili tokoh agama dari Sulawesi Selatan sehingga sering kali bolak
balik Makassar-Jakarta atau Kaballangang-Pare-Pare-Makassar.
Gurutta menugaskan setiap almuni Mesir seperti
Ustaz Rahim, Ustaz Haji Yunus, Ustaz Lukman, Ustaz Abbas Remmang, Ustaz Jamalu
untuk mengisi pengajian di Mesjid Al Wasila setiap Magrib dan Subuh secara
bergiliran dengan tetap memperhatikan kecenderungan masing-masing alumni dan
latar belakang spesialisasinya. Pengajian Magrib dan subuh adalah pokok dan wajib
bagi setiap santri dan seluruh penghuni pesantren termasuk para guru yang
mengajar di sekolah tanpa kecuali bahkan Gurutta menugaskan satu senior atau
ustaz untuk memeriksa setiap kamar santri setiap saat, khususnya pada
waktu-waktu pengajian.
Ini menunjukkan bagimana tingginya keinginan
Gurutta, jika seluruh ilmu yang dimilikinya dapat segera berpindah ke anak-anak
santrinya. Biasanya jika ada santri yang tidak mengikuti pengajian, maka akan
diberikan sanksi dan nantinya akan disebut-sebut namanya saat pengajian di
waktu lain, sehingga dengan demikian santri merasa dan setelah itu, berusaha
hadir setiap pengajian. Sistim pengajian ini, sangat dipertahankan Gurutta dan
kitab-kitab yang telah ditetapkan harus diajarkan karena selain dianggap ampuh
untuk mentransfer pengetahuan seorang guru terhadap muridnya juga kitab-kitab
yang ditetapkan sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sistim pengajian pesantren atau Attalaqqi
merupakan salah satu metoda pengajaran yang digunakan oleh para ulama Salaf
hingga era Wali Songo di Indonesia. Bahkan attalaqqi menjadi ciri khas
Pesantren, sehingga jika sebuah pesantren tidak menggunakan sistim tersebut
tidak layak disebut sebagai sebuah Pesantren. Oleh karena itu, Gurutta sangat
memperhatikan metoda pengajaran dengan sistim pengajian. Terkait masalah ini
saya sangat mendukung keinginan teman-teman IAPDIKA untuk mengaktifkan kembali
pengajian di Pesantren sebagaimana yang pernah dilakukan Gurutta semasa kita
mondok, karena saya menganggap bahwa hampir seluruh ilmu yang kita peroleh dari
Pesantren umumnya melalui pengajian malam.
Perubahan kedua yang dilakukan oleh Gurutta adalah
membenahi sekolah; dengan mengklasifikasi jenjang sekolah mulai dari I’idadi,
Ibtidai, Tsanawia dan Alia bahkan Gurutta pernah membentuk semacam Kuliah yang
dikhususkan bagi mereka yang sudah senior. Namun terkendala karena minimnya
tenaga untuk mengajarkan berbagai disiplin ilmu yang mutlak dibutuhkan oleh
mereka yang sudah senior, akhirnya ide yang pernah digagas Gurutta hanya
berjalan beberapa bulan kemudian setelah itu pergi bersama angin malam di
Kaballangang.
Atas arahan Gurutta, para guru mulai menertibkan
sekolah dengan mendata setiap santri yang ada, sesuai dengan umur dan tahun
tamat Sekolah Dasar bahkan pernah setiap santri ditanya; mau duduk di kelas
berapa?. Walaupun demikian, pembenahan sekolah dan pembagian kelas serta
tingkat masing-masing santri, berhasil ditata oleh administrasi yang dipegang
ustaz Ghani dari Kendari. Kalau saya tidak salah Ustaz Ghani tidak bisa
berbahasa Bugis dan saya sendiri tidak tahu persis bagaimana dia sampai ke
Kaballangang karena waktu itu satu-satunya yang berasal dari Kendari. Akan yang
tetapi yang perlu dicatat adalah integritas Ustaz Ghani yang sangat tinggi
terhadap Pesantren dan loyalitas terhadap Gurutta sehingga yang bersangkutan
sangat tertib dan disiplin dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.
Hal yang sama, juga dilakukan pada penertiban
tenaga pengajar, untuk memenuhi kebutuhan kelas sehingga hampir semua senior
diangkat menjadi Guru seperti, Ahmad Khaedar, Imran Daniel, Amin Appa, Amin
Shomad, Akib Dollae, Ustaz Idriss, Ustaz Jamaluddin, Ustaz Yahya, Ustaz Sultan
dan masih banyak senior lainnya. Sementara saya sendiri, seperti yang saya
sebutkan sebelumnya hanya mengajar anak Id’adi, itupun terbatas di rumah
Gurutta di waktu malam setelah sholat Isya.
Untuk meningkatkan mutu pesantren, management
Ponpes Kaballangang juga mendatangkan guru-guru bahasa Indonesia, matematika
dan sejarah sehingga kombinasi pengetahuan umum dan pengetahuan agama setiap
santri seimbang. Bahkan yang sangat menarik karena guru-guru yang mengajar
mulai memberlakukan sanksi bagi mereka yang sering absen atau terlambat masuk
sekolah. Mungkin ada diantara kita semuanya yang pernah kena sanksi, karena
terlambat atau absen dengan lari mengelilingi sekolah beberapa kali.
Aktor-aktor reformasi ketika itu, dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu sebagai berikut:
Al Marhum Gurutta sebagai pucuk
pimpinan dan penasihat atas segala kegiatan dan perubahan yang dilakukan di
Pesantren sehingga hampir setiap malam Gurutta memanggil guru-guru yang ada di
Kaballangang untuk dibriefing berbagai masalah yang berkembang dalam kompleks
Pesantren seperti Ustaz Haji Yunus, Ustaz Lukman, Ustaz Rahim dan Ustaz Syamsul
Bahri. Menurut pandangan kami, Ustaz Rahim dan UIstaz Syamsul Bahri lebih
diarahkan pada hal-hal yang terkait dengan peningkatan citra DDI Kaballangang
dengan mengusung kedua ustaz tersebut sebagai calon pelanjut Gurutta. Oleh
karena itu, gurutta seringkali meminta Ustaz Rachim untuk mendampingi sambil
mempromosikannya sebagai salah satu putra terbaiknya.
Sementara kategori kedua adalah pembangunan sarana
dan prasarana pesantren; Dalam ketegori ini, saya memperhatikan Ustaz Haji
Yunus Shomad LC lebih banyak dimanfaatkan untuk keperluan tersebut sehingga
yang bersangkutan banyak melakukan pertemuan ke luar guna merealisasikan
hasil-hasil pembicaraan Gurutta. Karena itu, di kemudian hari, ustaz Haji Yunus
banyak dikenal oleh pejabat pemerintah baik Pemda maupun Provinsi termasuk para
kaum elit.
Adapun untuk ketegori ketiga adalah peningkatan
kwalitas santri. Dalam kategori ini, saya memperhatikan Ustaz Haji Lukman
banyak sekali berfungsi dalam hal ini, sehingga mungkin hampir semua
teman-teman di Pesantren selama periode tahun 1981-1987 banyak bersentuhan
dengan Ustaz Lukman. Saya sendiri mengakui dan menyadari betapa pentingnya
peran yang telah dimainkan Ustaz Lukman saat itu karena selain yang
bersangkutan harus komitmen memajukan Pesantren seperti kedisiplinan, kontrol terhadap
setiap guru dan santri, juga harus mengontrol hal-hal yang dapat memberikan
dampak negatif terhadap pribadi setiap santri. Karena itu, Ustaz Lukman jarang
sekali berhubungan dengan masyarakat. Bahkan yang bersangkutan jarang sekali
keluar memberikan ceramah.
Menurut pengamatan kami, tantangan berat yang
dihadapi Ustaz Lukman waktu itu adalah bagaimana mewujudkan harapan Gurutta
untuk meningkatkan kwalitas pesantren dengan memadukan sikap kepribadian Ustaz
Lukman yang sangat tegas dan disipilin terhadap ide-idenya. Seingat saya waktu
itu, banyak sekali anak-anak yang tinggal di rumah Gurutta, sering mengeluhkan
sikap Ustaz Lukman kepada Gurutta yang dinilai tegas dan disipilin khususnya
mereka yang tidak serius mengikuti pengajian atau sekolah. akan tetapi Gurutta
tidak pernah menanggapi keluhan-keluhan tersebut walaupun Gurutta kadang juga
meminta Ustaz Lukman agar sedikit lebih fleksibel.
Alhamdulillah saya sendiri tidak pernah mengeluhkan
sikap Ustaz Lukman bahkan saya senang sekali atas sikapnya yang tegas baik saat
mengajar maupun saat di luar sekolah. Bahkan saya sangat berhutang budi atas
semua yang telah diajarkan kepada kami khususnya yang terkait dengan qawaidulllugha
Arabia (nahwu dan sharaf). Seandainya bukan karena kegigihan ustaz Lukman mengajar
santrinya agar memahami apa yang diajarkan, mungkin saya tidak memahami secara
baik Matnu Ajurmiyah yang diminta oleh Gurutta agar saya menghapalnya.
Alhamdulillah dengan sikap tegas Ustaz Lukman saya memahaminya dengan baik yang
sebelumya saya hanya menghapalnya tanpa memahami.
Kategori lain yang dibenahi Gurutta dan sangat
penting untuk mensukseskan misinya adalah managmen transportasinya. Sebelumnya
Gurutta hanya menggunakan Ustaz Haji Jamalu (Almarhum) sebagai satu-satunya
tenaga yang mengatur perjalanan Gurutta mulai dari yang paling dekat hingga
yang paling jauh. Akan tetapi setelah itu, Gurutta mengangkat dua tenaga baru
untuk membantu Haji Jamalu, selain karena Haji Jamalu sudah merencanakan untuk
membentuk keluarga baru, yang bersangkutan juga mulai bertugas memberikan pengajaran
di sela-sela Gurutta tidak ada di Pesantren.
Tenaga baru ini adalah sdr. Amboe (Kini Kandepag
Pinrang). Saya ingat sekali ketika Gurutta melontarkan idenya kepada kami semua
mengenai keinginannya untuk mengangkat satu sopir pribadi. Saya langsung
memprmosikan Amboe yang saat itu tinggal di Asrama bersama teman-teman saya
dari Kajuanging. Amboe adalah anak yatim dan berasal dari satu kampung. Selain
itu, Amboe juga pintar tilawa dan sering kali ikut MTQ di daerah kami walaupun
hanya berhasil menduduki peringkat terakhir . Namun yang paling menguntungkan
karena menurut cerita Amboe bahwa dirinya sering kali membawa pete-pete dari
kampungnya ke Polewali. Gurutta menanggapi tawaran saya dan meminta untuk
menghadirkan Amboe secepat mungkin. Saya-pun langsung mendatangi Amboe di
Asrama dan menyampaikan niat Gurutta untuk mengangkat sopir pribadi yang baru.
Amboe-pun sangat senang dan berharap agar dapat diterima oleh Gurutta sebagai
sopir Pribadi. Setelah menerima Amboe di kamar Gurutta, Gurutta langsung
memerintahkan agar segera mengambil pakaiannya di Asrama dan bergabung bersama
kami di rumah Gurutta. Malam itu, Amboe juga langsung diajak ke Makassar
menemani Gurutta yang waktu itu masih bertindak sebagi pendamping. Lama kelamaan
Amboe menjadi Sopir professional dan pada waktu yang sama Ustaz Haji Jamalu
telah berhenti memegang managemen transportasi dan ikut memfokuskan perhatian
pada pengajaran di Sekolah dan di Mesjid.
Sinergi yang dibangun Gurutta dalam mengembangkan
Pesantren dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada sangat efektif dan luar
biasa karena dalam tempo waktu beberapa tahun, Ponpes Kabalangang menjadi idola
masyarakat dan santri. Metoda Gurutta ini mengingatkan kita, siasat Rasulullah
Saw ketika baru tiba di Madina dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada
tanpa ada perbedaan suku di kalangan kaum Muhajirin dan Anshor sehingga seluruh
masyarakat di Madina hidup damai dan tenteram, persis ketika Gurutta masih ada,
seluruh permasalahan dapat diselesaikan dengan baik tanpa ada perbedaan antara
satu dengan yang lain dan semua hidup rukun, damai dan tenteram.
Karena itu saya menyimpulkan bahwa sosok
kepemimpinan yang telah ditunjukkan Gurutta selama hidupnya bukan saja sebagai
seorang ulama, sufi akan tetapi lebih dari itu, Gurutta memiliki ilmu-ilmu
management, seni dan ilmu pendukung lainnya yang telah membantu mensukseskan
seluruh apa yang diharapkan. Mudah-mudahan kepemimpinan yang telah ditunjukkan
Guruta selama hidupnya dan perubahan yang dilakukan di Pesantren Kaballangang
dapat menjadi inspirasi bagi kita semua anak-anak IAPDIKA untuk kembali
melanjutkan perjuangan Gurutta. Percayalah bahwa sinergi yang kita bangun dari
sekarang akan menjadi sebuah kekuatan besar di masa yang akan datang dalam
tubuh DDI, paling tidak di Kaballangang.
Bersambung……………..KLIK: DI SINI-->>
(pertemuan terakhir dengan Gurutta, vonis Gurutta
membawa Hikmah dan Purnama di Kaballangang mulai redup).
Tulisan Sebelumnya:
- Kenangan DR Muhammad Suaib Tahir Bersama Anregurutta (1)
- Kenangan DR MuhammadSuaib Tahir Bersama Anregurutta (2)
Artikel berhubungan:
- Mengejar Berkahnya Gurutta KeTanah Bugis
- Barakka’-na Anregurutta AmboDalle
- Haul Gurutta Ambo Dalle
- Isra'-Mi'raj Ke Elle Salewo-E Bersama Gurutta H. Jamalu
- Seorang Muhajir Fakir
No comments:
Post a Comment