Wednesday, January 9, 2013

KENANGAN DR MUHAMMAD SUAIB TAHIR BERSAMA ANREGUTTA AMBO DALLAE (3)

Purnama di Kaballangang (3):
(Mengenang Al-Marhum Gurutta Ambo Dalle:

Reformasi ala Gurutta dan Revitalisasi Potensi

Reformasi Gurutta di Kaballangang tentu tidak seperti reformasi yang dilakukan oleh para mahasiswa atau tokoh-tokoh nasional di Indonesia pada era tahun 1996 - 1998 yang mengakibatkan berbagai kerugian materi dan fasilitas umum serta jiwa atau reformasi yang terjadi di dunia Arab selama tahun 2011-2012 yang mengakibatkan ribuan korban jiwa. Reformasi Gurutta sangat sederhana dan tak lebih sebagai sebuah perubahan menuju tatanan baru dalam tubuh Ponpes Kaballangang baik dalam sistim pendidikan maupun managemen. Walaupun demikian, telah memberikan dampak besar bagi pengembangan Ponpes dan santrinya di kemudian hari. 

Sebagaimana saya sebutkan sebelumnya bahwa pada sekitar tahun 1981-1988 merupakan era kebangkitan Kaballangang selain karena jumlah santri yang terus meningkat dari waktu ke waktu, juga hampir semua alumni DDI yang belajar di Mesir dan alumni Ujung Lare, kembali ke Kaballangang (baca; Purnama mulai bersinar di Kaballangang). Kedatangan para alumni telah mendorong Gurutta untuk merealisasikan seluruh harapannya. 

Karena itu, Gurutta melakukan berbagai perbaikan termasuk pengadaan fasilitas bagi alumni guna mendukung upaya dalam memperbaiki dan memajukan pesantrennya. Seandainya waktu itu sudah ada iPad, Samsung Galaxy S III atau Black Berry dan jaringan internet serta fasilitas komunikasi lainnya yang ada saat ini, itupun akan disediakan Guruttta demi pendidikan agama. Sikap ini merupakan manifestasi dari slogam Gurutta yang selama ini masyhur di kalangan anak DDI yaitu “milikku adalah milik DDI, tapi milik DDI bukan milikku”. 

Gurutta selalu mengingatkan kita agar selalu siap berkorban; harta dan jiwa demi sebuah kebaikan karena pengorbanan dan perjuangan demi kebaikan akan menghasilkan sebuah anugrah yang tak terhingga dan ini dapat dilihat dari keajaiban yang sering kali terjadi pada diri Gurutta seperti, uang yang datang setiap saat di kamarnya, keagungan Gurutta ditengah-tengah masyarakat dan pejabat dan lain-lain sebagainya. 

Perubahan mendasar yang pertama dilakukan Gurutta adalah merestrukturisasi sistim persekolahan, pengajian dan kegiatan lainnya yang dianggap akan mendukung peningkatan kwalitas santri. Gurutta terkesan ingin sekali jika santrinya segera menimba seluruh ilmu yang dimiliki, karena ketika itu Gurutta selalu mengatakan bahwa umurnya sudah semakin tua dan ingin segera melihat anak-anaknya dapat mewarisi ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya. Karena itu, ia berjuang keras dan tak pernah merasa lelah memperbaiki kondisi Pesantren yang meliputi sekolah, pengajian dan sumber daya manusianya. 

Langkah ini mengingat, sekolah dan pengajian sering kali tidak berjalan jika Gurutta sedang sibuk memenuhi tuntutan masyarakat umum untuk kepentingan bersama seperti, menghadiri sidang-sidang di Jakarta atau di Makkassar mengingat masa itu merupakan masa fleksibilitas pemerintahan orde baru terhadap lembaga-lembaga Islam yang jika dibanding sebelumnya sangat ketat terhadap setiap kelompok atau gerakan yang berbau Islam. Setiap pertemuan besar yang melibatkan tokoh agama baik di Makassar maupun di Jakarta, Gurutta selalu diundang mewakili tokoh agama dari Sulawesi Selatan sehingga sering kali bolak balik Makassar-Jakarta atau Kaballangang-Pare-Pare-Makassar. 

Gurutta menugaskan setiap almuni Mesir seperti Ustaz Rahim, Ustaz Haji Yunus, Ustaz Lukman, Ustaz Abbas Remmang, Ustaz Jamalu untuk mengisi pengajian di Mesjid Al Wasila setiap Magrib dan Subuh secara bergiliran dengan tetap memperhatikan kecenderungan masing-masing alumni dan latar belakang spesialisasinya. Pengajian Magrib dan subuh adalah pokok dan wajib bagi setiap santri dan seluruh penghuni pesantren termasuk para guru yang mengajar di sekolah tanpa kecuali bahkan Gurutta menugaskan satu senior atau ustaz untuk memeriksa setiap kamar santri setiap saat, khususnya pada waktu-waktu pengajian. 

Ini menunjukkan bagimana tingginya keinginan Gurutta, jika seluruh ilmu yang dimilikinya dapat segera berpindah ke anak-anak santrinya. Biasanya jika ada santri yang tidak mengikuti pengajian, maka akan diberikan sanksi dan nantinya akan disebut-sebut namanya saat pengajian di waktu lain, sehingga dengan demikian santri merasa dan setelah itu, berusaha hadir setiap pengajian. Sistim pengajian ini, sangat dipertahankan Gurutta dan kitab-kitab yang telah ditetapkan harus diajarkan karena selain dianggap ampuh untuk mentransfer pengetahuan seorang guru terhadap muridnya juga kitab-kitab yang ditetapkan sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 

Sistim pengajian pesantren atau Attalaqqi merupakan salah satu metoda pengajaran yang digunakan oleh para ulama Salaf hingga era Wali Songo di Indonesia. Bahkan attalaqqi menjadi ciri khas Pesantren, sehingga jika sebuah pesantren tidak menggunakan sistim tersebut tidak layak disebut sebagai sebuah Pesantren. Oleh karena itu, Gurutta sangat memperhatikan metoda pengajaran dengan sistim pengajian. Terkait masalah ini saya sangat mendukung keinginan teman-teman IAPDIKA untuk mengaktifkan kembali pengajian di Pesantren sebagaimana yang pernah dilakukan Gurutta semasa kita mondok, karena saya menganggap bahwa hampir seluruh ilmu yang kita peroleh dari Pesantren umumnya melalui pengajian malam. 

Perubahan kedua yang dilakukan oleh Gurutta adalah membenahi sekolah; dengan mengklasifikasi jenjang sekolah mulai dari I’idadi, Ibtidai, Tsanawia dan Alia bahkan Gurutta pernah membentuk semacam Kuliah yang dikhususkan bagi mereka yang sudah senior. Namun terkendala karena minimnya tenaga untuk mengajarkan berbagai disiplin ilmu yang mutlak dibutuhkan oleh mereka yang sudah senior, akhirnya ide yang pernah digagas Gurutta hanya berjalan beberapa bulan kemudian setelah itu pergi bersama angin malam di Kaballangang. 

Atas arahan Gurutta, para guru mulai menertibkan sekolah dengan mendata setiap santri yang ada, sesuai dengan umur dan tahun tamat Sekolah Dasar bahkan pernah setiap santri ditanya; mau duduk di kelas berapa?. Walaupun demikian, pembenahan sekolah dan pembagian kelas serta tingkat masing-masing santri, berhasil ditata oleh administrasi yang dipegang ustaz Ghani dari Kendari. Kalau saya tidak salah Ustaz Ghani tidak bisa berbahasa Bugis dan saya sendiri tidak tahu persis bagaimana dia sampai ke Kaballangang karena waktu itu satu-satunya yang berasal dari Kendari. Akan yang tetapi yang perlu dicatat adalah integritas Ustaz Ghani yang sangat tinggi terhadap Pesantren dan loyalitas terhadap Gurutta sehingga yang bersangkutan sangat tertib dan disiplin dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. 

Hal yang sama, juga dilakukan pada penertiban tenaga pengajar, untuk memenuhi kebutuhan kelas sehingga hampir semua senior diangkat menjadi Guru seperti, Ahmad Khaedar, Imran Daniel, Amin Appa, Amin Shomad, Akib Dollae, Ustaz Idriss, Ustaz Jamaluddin, Ustaz Yahya, Ustaz Sultan dan masih banyak senior lainnya. Sementara saya sendiri, seperti yang saya sebutkan sebelumnya hanya mengajar anak Id’adi, itupun terbatas di rumah Gurutta di waktu malam setelah sholat Isya. 

Untuk meningkatkan mutu pesantren, management Ponpes Kaballangang juga mendatangkan guru-guru bahasa Indonesia, matematika dan sejarah sehingga kombinasi pengetahuan umum dan pengetahuan agama setiap santri seimbang. Bahkan yang sangat menarik karena guru-guru yang mengajar mulai memberlakukan sanksi bagi mereka yang sering absen atau terlambat masuk sekolah. Mungkin ada diantara kita semuanya yang pernah kena sanksi, karena terlambat atau absen dengan lari mengelilingi sekolah beberapa kali. 

Aktor-aktor reformasi ketika itu, dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu sebagai berikut: 

Al Marhum Gurutta sebagai pucuk pimpinan dan penasihat atas segala kegiatan dan perubahan yang dilakukan di Pesantren sehingga hampir setiap malam Gurutta memanggil guru-guru yang ada di Kaballangang untuk dibriefing berbagai masalah yang berkembang dalam kompleks Pesantren seperti Ustaz Haji Yunus, Ustaz Lukman, Ustaz Rahim dan Ustaz Syamsul Bahri. Menurut pandangan kami, Ustaz Rahim dan UIstaz Syamsul Bahri lebih diarahkan pada hal-hal yang terkait dengan peningkatan citra DDI Kaballangang dengan mengusung kedua ustaz tersebut sebagai calon pelanjut Gurutta. Oleh karena itu, gurutta seringkali meminta Ustaz Rachim untuk mendampingi sambil mempromosikannya sebagai salah satu putra terbaiknya. 

Sementara kategori kedua adalah pembangunan sarana dan prasarana pesantren; Dalam ketegori ini, saya memperhatikan Ustaz Haji Yunus Shomad LC lebih banyak dimanfaatkan untuk keperluan tersebut sehingga yang bersangkutan banyak melakukan pertemuan ke luar guna merealisasikan hasil-hasil pembicaraan Gurutta. Karena itu, di kemudian hari, ustaz Haji Yunus banyak dikenal oleh pejabat pemerintah baik Pemda maupun Provinsi termasuk para kaum elit. 

Adapun untuk ketegori ketiga adalah peningkatan kwalitas santri. Dalam kategori ini, saya memperhatikan Ustaz Haji Lukman banyak sekali berfungsi dalam hal ini, sehingga mungkin hampir semua teman-teman di Pesantren selama periode tahun 1981-1987 banyak bersentuhan dengan Ustaz Lukman. Saya sendiri mengakui dan menyadari betapa pentingnya peran yang telah dimainkan Ustaz Lukman saat itu karena selain yang bersangkutan harus komitmen memajukan Pesantren seperti kedisiplinan, kontrol terhadap setiap guru dan santri, juga harus mengontrol hal-hal yang dapat memberikan dampak negatif terhadap pribadi setiap santri. Karena itu, Ustaz Lukman jarang sekali berhubungan dengan masyarakat. Bahkan yang bersangkutan jarang sekali keluar memberikan ceramah. 

Menurut pengamatan kami, tantangan berat yang dihadapi Ustaz Lukman waktu itu adalah bagaimana mewujudkan harapan Gurutta untuk meningkatkan kwalitas pesantren dengan memadukan sikap kepribadian Ustaz Lukman yang sangat tegas dan disipilin terhadap ide-idenya. Seingat saya waktu itu, banyak sekali anak-anak yang tinggal di rumah Gurutta, sering mengeluhkan sikap Ustaz Lukman kepada Gurutta yang dinilai tegas dan disipilin khususnya mereka yang tidak serius mengikuti pengajian atau sekolah. akan tetapi Gurutta tidak pernah menanggapi keluhan-keluhan tersebut walaupun Gurutta kadang juga meminta Ustaz Lukman agar sedikit lebih fleksibel. 

Alhamdulillah saya sendiri tidak pernah mengeluhkan sikap Ustaz Lukman bahkan saya senang sekali atas sikapnya yang tegas baik saat mengajar maupun saat di luar sekolah. Bahkan saya sangat berhutang budi atas semua yang telah diajarkan kepada kami khususnya yang terkait dengan qawaidulllugha Arabia (nahwu dan sharaf). Seandainya bukan karena kegigihan ustaz Lukman mengajar santrinya agar memahami apa yang diajarkan, mungkin saya tidak memahami secara baik Matnu Ajurmiyah yang diminta oleh Gurutta agar saya menghapalnya. Alhamdulillah dengan sikap tegas Ustaz Lukman saya memahaminya dengan baik yang sebelumya saya hanya menghapalnya tanpa memahami. 

Kategori lain yang dibenahi Gurutta dan sangat penting untuk mensukseskan misinya adalah managmen transportasinya. Sebelumnya Gurutta hanya menggunakan Ustaz Haji Jamalu (Almarhum) sebagai satu-satunya tenaga yang mengatur perjalanan Gurutta mulai dari yang paling dekat hingga yang paling jauh. Akan tetapi setelah itu, Gurutta mengangkat dua tenaga baru untuk membantu Haji Jamalu, selain karena Haji Jamalu sudah merencanakan untuk membentuk keluarga baru, yang bersangkutan juga mulai bertugas memberikan pengajaran di sela-sela Gurutta tidak ada di Pesantren. 

Tenaga baru ini adalah sdr. Amboe (Kini Kandepag Pinrang). Saya ingat sekali ketika Gurutta melontarkan idenya kepada kami semua mengenai keinginannya untuk mengangkat satu sopir pribadi. Saya langsung memprmosikan Amboe yang saat itu tinggal di Asrama bersama teman-teman saya dari Kajuanging. Amboe adalah anak yatim dan berasal dari satu kampung. Selain itu, Amboe juga pintar tilawa dan sering kali ikut MTQ di daerah kami walaupun hanya berhasil menduduki peringkat terakhir . Namun yang paling menguntungkan karena menurut cerita Amboe bahwa dirinya sering kali membawa pete-pete dari kampungnya ke Polewali. Gurutta menanggapi tawaran saya dan meminta untuk menghadirkan Amboe secepat mungkin. Saya-pun langsung mendatangi Amboe di Asrama dan menyampaikan niat Gurutta untuk mengangkat sopir pribadi yang baru. Amboe-pun sangat senang dan berharap agar dapat diterima oleh Gurutta sebagai sopir Pribadi. Setelah menerima Amboe di kamar Gurutta, Gurutta langsung memerintahkan agar segera mengambil pakaiannya di Asrama dan bergabung bersama kami di rumah Gurutta. Malam itu, Amboe juga langsung diajak ke Makassar menemani Gurutta yang waktu itu masih bertindak sebagi pendamping. Lama kelamaan Amboe menjadi Sopir professional dan pada waktu yang sama Ustaz Haji Jamalu telah berhenti memegang managemen transportasi dan ikut memfokuskan perhatian pada pengajaran di Sekolah dan di Mesjid. 

Sinergi yang dibangun Gurutta dalam mengembangkan Pesantren dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada sangat efektif dan luar biasa karena dalam tempo waktu beberapa tahun, Ponpes Kabalangang menjadi idola masyarakat dan santri. Metoda Gurutta ini mengingatkan kita, siasat Rasulullah Saw ketika baru tiba di Madina dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada tanpa ada perbedaan suku di kalangan kaum Muhajirin dan Anshor sehingga seluruh masyarakat di Madina hidup damai dan tenteram, persis ketika Gurutta masih ada, seluruh permasalahan dapat diselesaikan dengan baik tanpa ada perbedaan antara satu dengan yang lain dan semua hidup rukun, damai dan tenteram. 

Karena itu saya menyimpulkan bahwa sosok kepemimpinan yang telah ditunjukkan Gurutta selama hidupnya bukan saja sebagai seorang ulama, sufi akan tetapi lebih dari itu, Gurutta memiliki ilmu-ilmu management, seni dan ilmu pendukung lainnya yang telah membantu mensukseskan seluruh apa yang diharapkan. Mudah-mudahan kepemimpinan yang telah ditunjukkan Guruta selama hidupnya dan perubahan yang dilakukan di Pesantren Kaballangang dapat menjadi inspirasi bagi kita semua anak-anak IAPDIKA untuk kembali melanjutkan perjuangan Gurutta. Percayalah bahwa sinergi yang kita bangun dari sekarang akan menjadi sebuah kekuatan besar di masa yang akan datang dalam tubuh DDI, paling tidak di Kaballangang.
Bersambung……………..KLIK: DI SINI-->>
(pertemuan terakhir dengan Gurutta, vonis Gurutta membawa Hikmah dan Purnama di Kaballangang mulai redup).
Tulisan Sebelumnya:
Artikel berhubungan:
  1. Mengejar Berkahnya Gurutta KeTanah Bugis
  2. Barakka’-na Anregurutta AmboDalle
  3. Haul Gurutta Ambo Dalle 
  4. Isra'-Mi'raj Ke Elle Salewo-E Bersama Gurutta H. Jamalu  
  5. Seorang Muhajir Fakir


No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

MyBukukuningLink

Bertukar link?



Copy kode di bawah masukan di blog anda, MyBukukuning akan segera linkback kembali. TRIMS!

Super-Bee

Popular Posts

BOOK FAIR ONLINE

Book Fair Online

Blog Archive

PENGOBATAN LANGSUNG DENGAN HERBAL ALAMI:

BURSA BUKU IAPDIKA: "KASIH SANG MERPATI" (Rp 25.000)

animated gifs
Info | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA

IAPDIKA GALERI:

animated gifs
Info: | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA