Wawancara Tim IMC IAPDIKA Dengan Gurutta Prof. AGH. Faried Wajedy, MA
(Prinsif Anregurutta Dalam Mengelola DDI Adalah Keikhlasan)
Oleh: Agussalim Poetra Barroe
Salah satu berkah besar yang turun di Samarinda
pada perhelatan silaturrahim “tudang sipulung” nasional warga DDI (27-28/4)
lalu, adalah hadirnya Gurutta Prof. AGH. Faried Wajedy, MA. Beliau terakhir ini
dianggap bertanggung jawab atas lahirnya dualisme kepemimpinan ditubuh ormas DDI
dengan membentuk DDI AD di Mangkoso, karena tidak percaya lagi kepada PP PB DDI
hasil muktamar 1993 karena dianggapnya dipenuhi oleh kecurangan dan
rekayasa-rekayasa yang tidak masuk akal.
Gurutta Farid, atau seperti itu beliau suka disapa
oleh warga dan santri-santrinya, adalah putra al-marhum Gurutta AGH. Amri Said,
Beliau (Gurutta Farid) adalah salah satu putra DDI yang pertama mengecap
pendidikan di Timur Tengah, tepatnya di Universitas Al-Azhar, Cairo. Dan
beliaulah founding father beridirinya Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS)
yang masih eksis di negeri Fir’aun Mesir hingga saat ini.
Beliau juga dikenal oleh warga KKS pada masanya
sebagai “PAJJAGGURU’ MABBENNI-E”, karena beliau-lah yang
mensosialisasikan kalimat luar biasa itu yang susah dicarikan padanannya di
dalam kamus mana pun, insya Allah, IAPDIKA akan men-paten-kannya ke dalam kamus
besar IAPDIKA. Pajjagguru Mabbenni dalam istilah Gurutta Farid adalah
ibarat kepalan tinju panas yang simpan bermalam-malam baru dilampiaskan pada
waktu yang tepat, semakin lama disimpan semakin mantab pula efek yang
ditimbulkannya.
Karena pentingnya tokoh ini dalam sejarah DDI
modern, maka Tim IAPDIKA Media Center (IMC) pun tidak ingin menyianyikan
kesempatan yang sangat momentum itu untuk mengambil wawancara kepada Beliau,
kami mengutus saudara Agussalim dan beberapa orang kru untuk mewawancarainya,
sebagaimana dalam petikan hasil wawancara berikut:
Tim IMC:
Bagaimana pradiksi Gurutta Farid tentang prospek
DDI ke depan?
Gurutta Farid:
Ada Isyarat-isyarat dari Tuhan Bahwa dalam waktu
tidak lama, DDI akan lepas dari ujian yang sementara dihadapi ini, Kenapa?
Karena kita hidup di dunia ini harus memang selalu menghadapi ujian dari Tuhan.
Coba kita lihat dalam Al-qur’an Surah Al-Mulk:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاArtinya: “yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”.
Hal tersebut erat kaitannya dalam Surah Al-Ankabut
yang artinya: “Apakah manusia itu mengira setelah mengaku beriman, lalu
tidak mendapatkan ujian? sungguh kami telah menguji umat-umat sebelum mereka,
padahal Allah Maha Tahu, siapa di antara mereka itu yang benar perkataannya sebagai
orang beriman dan siapa yang bohong…”
Demikian juga halnya, Tuhan Maha Tahu “Siapa yang
benar pengakuannya sebagai orang DDI dan siapa yang bohong.
Yang paling banyak di tekankan Anregurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle dalam ceramahnya ialah KEIKHLASAN, sehingga bukan hanya sekali dua kali Gurutta selalu mengatakan bahwa “Engkatu yaseng Lilla,, Engkato yaseng Lilah,, Engkato yaseng Li Illah”.
Yang paling banyak di tekankan Anregurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle dalam ceramahnya ialah KEIKHLASAN, sehingga bukan hanya sekali dua kali Gurutta selalu mengatakan bahwa “Engkatu yaseng Lilla,, Engkato yaseng Lilah,, Engkato yaseng Li Illah”.
Tim IMC:
Mengapa DDI seperti sekarang ini?
Gurutta Farid:
Penyebabnya hanya satu “KARENA MASUKNYA ORANG-ORANG
YANG TIDAK MENDENGARKAN WASIAT GURUTTA, BAHWA KITA PUNYA PRINSIP IKHLAS DALAM
MENGELOLA DDI”. Disitu saja sumbernya. Sehingga kalau orang-orang semacam ini
sudah lepas dari DDI,, Cappuni’ masalah eee, selesaiii..
Tinggal bagaimana caranya kita, Mampukah Para
Alumni DDI pergi ke Cabang-Cabang menyampaikan hal ini? Yaach,, kuasai suara
Muktamar dan perlu kita ketahui permainannya, bahwa sering menggunakan Mandat
Aspal.
Peristiwa Tahun 1989 pada Muktamar ke-16 di
Kaballangang, dimana Muktamar akan dibuka pada hari Sabtu tinggal 17 September
1989, ketika Mangkoso tidak mendapat Undangan Muktamar, maka pada hari Rabu
diadakanlah rapat khusus di Mangkoso. Dari hasil rapat tersebut, sepakat untuk
menemui langsung Gurutta untuk meminta Fatwa beliau.. Apakah Mangkoso ikut
Muktamar atau tidak, Namun… apa yang terjadiiii, rupanya keputusan rapat di
Mangkoso telah diketahui oleh M... (Muiz – red) karena ada mata-matanya… Bahaya
Musuh dalam selimut.. Awas ada Mata-mata…!!!!!!!!!
Setelah mengetahui hasil rapat di Mangkoso,, si
M….. lalu memberitahukan kepada Y…. (Yunus – red) sebagai Sekjen PB DDI pada
waktu itu, agar menyampaikan ke Gurutta “Bahwa Hari Jum’at Gurutta dipanggil
Oleh Pangdam VII Wirabuana di Makassar. Maka Jum’at subuh,, Gurutta
meninggalkan Kaballangang menuju Makassar, atas dasar informasi bahwa Gurutta
di panggil oleh Panglima.
Hari Jum’at Delegasi Mangkoso menuju ke
Kaballangang, sebelum sampai ke Kaballangang, Delegasi Mangkoso yang tidak lain
pimpinan Ponpes Sendiri KH. Faried Wajedy dan salah seorang Pengurus Cabang
Mangkoso. Singgah cari informasi di rumahnya Gurutta di Ujung Baru Pare-Pare,
ternyata Gurutta ke Makassar untuk menghadiri undangan Panglima. Sebelum ke Makassar,
Gurutta sempat berpesan,, bahwa beliau akan singgah di Mangkoso kalau dari Makassar..
Tapi Delegasi Mangkoso khawatir, jangan sampai kita ke Mangkoso selisih jalan
dan tidak ketemu dengan Gurutta. Lebih baik ditunggu saja.
Kedua Delegasi Mangkoso telah selesai shalat ashar
di Mesjid dan menuju ke rumahnya Gurutta, rupanya Gurutta sudah ada di dalam
rumahnya, keduanya masuk dengan memberi salam pada Gurutta, sebelum Duduk.. Gurutta
mengatakan: “De’ Uwissengngi Muiz… makkeda aga Elo’na,,, naitaka mappakuwe..”
(saya tidak mengerti Muis apa maunya sehingga saya dibikin begini). Faried
Wajedy mengatakan: Magi Puang? Gurutta menjawab: Magi naseng
naundangnga’ Panglima, Lettu’ka Makassar tapposo-posoka’,, maseleng stafna
Panglima,, manengka engkai Gurutta” (Katanya (Muis) saya diundang panglima
ke Makassar, taunya saya terburu-buru datang kesana tapi panglimanya tidak ada tempat)
dan disambut heran oleh stafnya.
Gurutta bilang ke staf: Saya di undang Panglima,, Staf
bilang: Panglima sedang tidak ada, sebab beliau ke Menado. Dan tidak pernah
Panglima mengundang Gurutta, sebab beliau tahu bahwa Gurutta sibuk untuk
Muktamar DDI.” Maka pulanglah Gurutta dalam keadaan Tapposo-poso lagi…
Delegasi Mangkoso bertanya pada Gurutta: bagaimana
Puang, mau Muktamar tidak ada undangan ke Mangkoso, Gurutta menjawab: Nanti saya
yang buatkan Mandat & saya yang tandatangani langsung, lalu Gurutta
menyuruh Putranya Halim pergi minta stempel di Ujung lare, tapi tidak dikasi sama
Muiz,, Lalu MK di panggil sama Gurutta, tidak mau datang juga. Malah MK berkata:
Saya tidak mau ketemu Gurutta, sebab saya sudah ketemu.. padahal MK sudah tahu
bahwa Delegasi Mangkoso sudah ketemu dengan Gurutta dan MK menghindari untuk
ketemu dengan Delegasi Mangkoso tersebut.
Putra Gurutta Halim pergi lagi ke Ujung Lare untuk
memanggil MK, tpi Halim pulang dg tangan hampa dan hanya kata-kata yg di dapat
dari seorg MK,, Gurutta bertanya pada Putranya Halim: ‘Aga napau Muiz ???
Halim bilang sambil menirukan ucapan MK: AJIMMU NASSABARI NAMAROCA
MAKKUKUWE, MK TIDAK BILANG GURUTTA’, AJIMMU NASSABARI NAMAROCA MAKKUKUWE…
Gurutta dan kedua Delegasi Mangkoso pada saat itu terperangah mendengar
kata-kata yang tidak pantas keluar dari mulut MK… Nauzubillah….
Nah.. Inilah Problem yang terjadi dalam tubuh
DDI,,, BAHWA KITA KEMASUKAN ORANG YANG TIDAK BERPEGANG TEGUH PADA WASIAT
GURUTTA YAITU KEIKHLASAN DALAM MENGELOLA DDI….
Samarinda, 28 April 2014.
No comments:
Post a Comment