Wednesday, May 8, 2013

PROF. DR. SBAG: DDI HARUS MEMPERBAHARUI SISTEM DENGAN MENYERAHKAN SEGALA SESUATU KEPADA AHLINYA:

Wawancara Tim IMC dengan Prof. Dr. KH. Andi Syamsul Bahri Galigo, MA
Masyarakat Samarinda dan warga DDI Kaltim boleh berbangga bahwa acara silaturrahim “Tudang Sipulung” Nasional yang digelarnya bulan lalu (27-28/4), yang dihadiri bukan saja ketiga anak biologis Anregurutta Ambo Dalle, tetapi juga anak-anak idiologis terbaik Sang Anreguru tercinta, salah satu titisan emas Anregurutta yang hadir pada perhelatan Samarinda tersebut adalah Gurutta Prof. Dr. Andi Syamsul Bahri Andi Galigo Manggaberani, MA, yang sering dipanggil Prof. SBAG Manggaberani.

Gurutta Prof. SBAG Manggaberani adalah salah satu putra terbaik DDI, Beliau-lah satu-satunya yang bisa merefresentasikan tingkatan ke-ilmuan Gurutta Ambo Dalle, terutama dibidang Aqidah Ahlussunnah wal-Jamaah. Maka tidak heran kalau dikatakan: “Jika hendak menyalami aqidah Gurutta Ambo Dalle maka jejakilah sama Prof. SBAG Maggaberani, karena semua ilmu itu sudah diwarisinya secara utuh, teori dan pengamalan”.

Prof. SBAG dilahirkan di Siwa, Pitumpanua pada tahun 1955. Ayahnya bernama Andi Galigo Petta Lolo Manggabarani dan ibundanya bernama Hj. Sri Kamariyah Binti Abdul Basir Puang Madda. Setelah menammatkan pendidikannya ditingkat sekolah dasar (SDN) Bulete dan SMP Siwa pada tahun 1970, Beliau melanjutkan pendidikan di Pondok Pesanntren DDI Ujung Lare dibawah pimpinan AGH. Abdurrahman Ambo Dalle. 

Sepuluh tahun lamanya belajar di pesantren dibawah asuhan Anregurutta Ambo Dalle kemudian meneruskan pendidikan di Universitas al-Azhar di Cairo-Mesir selama 8 tahun (1980-1987). Beliau pulang ke Pesantren DDI Kaballangan membantu Anregurutta Ambo Dalle selama lima tahun akhir tahun1990. Kemudian berangkat kedua kalinya ke Mesir untuk melanjutkan S3-nya di Universitas Cairo namun karena ada kendala biaya yang sulit ditanggulangi akhirnya pindah Universiti Kebangsaan Malaysia 1992-1998 hingga selesai PhD bidang Usuluddin dan Falsafah spesialisasi Bidang Ilmu Aqidah dan Tasawwuf. 

Pada tahun 1987 beliau aktif mengajar di Pesantren Manahilil Ulum DDI Kaballangan mendampingi Anregurutta Ambo Dalle di samping menjadi dosen pada perguruan tinggi DDI di Sulawesi Selatan. Tahun 1992 belaiu mendapat tawaran dari Universiti Kebangsaan Malaysia sebagai Dosen tamu mulai mei 1992 hingga mei 1999. Beliau bertugas sebagai dosen dakwah dan kepemimpinan di Fakulti Pengajian Islam UKM dibawah pimpinan Prof. Dato Abdul Shukor Husein bersama Prof. Dr. Dato Abdullah Mat Zin. 

Selanjutnya diundang ke Universiti Sains Islam (USIM) pada tahun 2000, beliau menjadi pensyarah pertama yang diterima di Fakulti Dakwah dan Pengurusan Islam (Fakulti Kepemimpinan dan Pengurusan). Pada tahun 2003-2005 beliau ditugaskan sebagai Timbalan Dekan pertama FKP dan berjaya dinaikkan pangkat ke Professor Madya dalam bidang dakwah dan aqidah Islam. 

Beliau telah banyak menulis buku dalam bidang Islamic Studies terutama yang boleh menjadi rujukan utama kepada mahasiswa USIM. Di antara buku-bukunya yang terkenal: al-Ijtihad fi al-Fikr al-Islami, Dirasat fi al-Fikr al-Islami, al-Harakah al-Batiniyyah fi Mizan al-Islam, Beberapa Isu Pemikiran Islam, Paradigma Dakwah dan Pelampau Agama, Pengenalan Ilmu Tasawuf, Syaikh Yusuf al-Taj dan pemikiran Tasawufnya dan lain-lain lagi. 

Beliau juga aktif menyajikan makalah ilmiyah diberbagai seminar Nasional dan Internasional sejak beliau di UKM dan USIM. Beliau menjadi anggota tiem tetap tafsir Al-Quran 30 juz (Bahasa Bugis) yang disponsori oleh Majlis Ulama Sulawesi Selatan. Beliau adalah pengasas dan penasehat Pondok Pesantren al-Mubarak Tobarakka di Kota Siwa, Sulawesi Selatan, dan penasehat umum Organisasi DDI Ambo Dalle di Sulawesi Selatan. Di samping sebagai ketua umum KKSS warga bugis berhijrah, di Malaysia. (Rujukan temuramah di Pesantren DDI Tobarakka Kota Siwa Sulsel).

Terlalu banyak kalau ingin mendefinisikan semua tentang ulama ini, Beliau lebih luas dari pada sekedar definisi. Oleh karena itu, selama keberadaannya di Samarinda beberapa waktu lalu Tim IAPDIKA Mendia Center memanfaatkan moment berharga itu mewawancarai Beliau, berikut ini beberapa petikan hasil wawancaranya bersama saudara Faisal Ja’far dan krue Tim IMC:

Tim IAPDIKA MC:
Sebagai seorang anak idiologis terdekat Anregurutta, yang telah berhasil mendapatkan ilmu yang luar bias dan mengajar diberbagai universutas di negeri jiran (Malaysia) dan negeri minyak (Brunei DS), apa komentar Ustadz tentang perkembanga pendidikan dan dakwah selama Pak Andi absen bertahun-tahun di DDI?

Gurutta Prof. SBAG Maggaberani:
Apa yang berlaku pada diri saya, dari sudut pengembangan ilmu pengetahuan berkesinambunagan juga dengan apa yang dikehendaki oleh Anregurutta. Sebab Anregurutta itu, dia tahu persis bahwa saya ini berada di Malaysia selama ini. Misi yang saya bawa di Malaysia atau ilmu yang saya kembangkan itu, boleh dikatakan 80% adalah warisan dari ilmu Anregurutta. Terutama sekali yang berkaitan dengan pemahaman Ahlusunnah wal-Jamaah, jadi saya tidak merasa bahwa saya ini sudah absen di DDI, saya berterusan, cuma lain tempatnya saja. Misi Anregurutta tentang pemahaman Ahlusunnah wal-Jamaah itu terus saya kembangkan, dan saya memang tidak terlalu terikat dengan organisasinya DDI.

Tim IAPDIKA MC:
Melihat kondisi DDI yang sangat memperihatinkan sekarang ini, Apakah masih ada harapan untuk memperbaiki kondisi tersebut atau di biarkan begitu saja?

Gurutta Prof. SBAG Maggaberani:
Kalau kita semua ini memberikan suatu usaha keras terutama anak DDI semua yang pernah belajar dan mendapat berkah dari Anregurutta, Saya ingat sekali prinsip Anregurutta, beliau menganggap “BAHWA DDI INI ADALAH SEBAGAI WADAH AHLUSUNNAH WALJAMAAH” terutama untuk dikawasan kita ini. Dan itu akan BERTERUSAN SAMPAI 7 LAPIS BERKAIT, dan Beliau menganggap dirinya SEBAGAI LAPIS YANG KE-3, Jadi masih ada lagi Lapis seterusnya. Anregurutta berpandangan bahwa akan berterusan lagi. Kalau memamg ada bersifat Gev itu sifatnya sementara saja, dan mudah-mudahan dengan antusiasme para pejuang IAPDIKA adalah suatu pertanda adanya titik terang di DDI.

Tim IAPDIKA MC:
Apakah ustadz memiliki niat berbakti di DDI ataukah niat untuk memajukan DDI, sebagaimana misi dakwah dan pendidikan lainnya di Indonesia?

Gurutta Prof. SBAG Maggaberani:
Saya diberikan ilmu ini hanya untuk Umat, seperti juga dengan Anregurutta, jadi.. kalau memang DDI ini memerlukan kepakaran yang saya miliki, kalau memang saya harus terjun secara In deret, maka saya akan melakukan itu. Dan saya pun di luar negeri itu hanya sementara saja. Dan saya selalu pulang ke Indonesia.

Tim IAPDIKA MC:
Adanya Pesantren di Wajo yang Ustadz dirikan, apakah itu bagian dari Pesantern DDI atau Pesantren milik pribadi, sehingga tidak bisa digabung dengan DDI atau membawa nama DDI?

Gurutta Prof. SBAG Maggaberani:
Madrasah yang ada di Wajo itu saya namakan Pondok Pesantren DDI Al-Mubarak, cuma kebetulan yang pegang sekarang ini keluarga juga, termasuk adik saya. Ponpes itu sebenarnya milik masyarakat, bukan milik pribadi. Dan saya beri nama DDI, sebab Anregurutta yang meresmikan Ponpes itu pada tahun 1989. Ponpes itu saya dirikan sewaktu saya baru pulag dari Mesir dan itu adalah warisan sebagai amal jariyah, sama dengan Anregurutta menjadikan DDI adalah sebagai amal jariyah yang kita bisa dapatkan pahalanya di hari kemudian.

Tim IAPDIKA MC:
Di manakah posisi PB terkait dengan adanya Ponpes DDI di Wajo, ketika sebuah Ponpes itu dinamakan DDI, maka otomatis akan am oleilh PB?

Gurutta Prof. SBAG Maggaberani:
Kita tidak perlu terlalu mengangkat, sebab saya akan pancing supaya Al-Mubaraq ini sama nantinya dari MAI menjadi DDI. Tapi itu juga berkesinambungan yang berterusan, bukan berarti menghilangkan DDI, sebenarnya DDI sebagai organisasi, saya tidak terlalu banyak terkait, tetapi lebih dekat kepada DDI sebagai lembaga warisan Anregurutta, sebab Anregurutta dengan saya selalu terkait dari segi Emosional.

Tim IAPDIKA MC:
Apakah Ustadz punya konsep-konsep atau nasehat-nasehat bagi PB dan MK untuk memajukan DDI ke depan?

Gurutta Prof. SBAG Maggaberani:
Dengan adanya perbedaan, polemic di tubuh DDI, perasaan saya sangat sedih, bukan hanya sebagai umat Islam, tetapi kita sama-sama DDI. Menurut hemat saya, terkadang hanya perbedaan pribadi saja yang menjadikan DDI terpecah belah.

Tim IAPDIKA MC:
Apakah pemisahan DDI AD dan DDI PB dianggap sebagai berkah bagi DDI atau musibah bagi DDI?

Gurutta Prof. SBAG Maggaberani:
DDI AD ini, saya dimasukkan sebagai penasehat, sementara DDI PB, pimpinan Pak Muiz ini memang menganggap saya tidak punya kepakaran dalam organisasi DDI, kalau mengajar, yaach okelah, jadi Dosen dan sebagainya. Walaupun Anregurutta selalu mengusulkan, supaya saya juga dimasukkan ke PB DDI, tetapi saya tidak pernah di berikan kesempatan sama MK. Adapun perbedaan di DDI, kita melihat hanya bersifat sementara saja, artinya suatu saat akan bersatu, kita ini semua sama-sama, yang kita bawa Islam dan kita bawa Ahlusunnah waljamaah, yang berfaham WASATIAH (moderat).

Tim IAPDIKA MC:
Sebagai seorang Guru Besar di Malaysia dan di Brunei, apakah Ustadz memiliki niat untuk kembali menjadi Guru Besar di DDI kelak?

Gurutta Prof. SBAG Maggaberani:
Semua kita siap membantu, malah saya tidak berfikir lagi ke Brunei, tetapi niat saya bukan pada Ponpes, Saya mau hidupkan Sunnah Anregurutta itu untuk memberikan pengajian kitab-kitab kuning di Mesjdi, itu niat saya, sebab itu yang hilang sekarang ini dan misi utama Anregurutta adalah pengembangan Ahlusunnah wal-Jamaah yang harus saya kembangkan.

Karena paham Ahlussunnah wal-Jamaah adalah pemahaman mayoritas ulama yang mengambil jalan tengah akibat banyaknya aliran-aliran yang muncul pada pasca wafatnya nabi muhammad SAW, yang berkelanjutan hingga khalifa Ustman, Ali bin Abu Thalib, dan terus berkembang pada era khilaf Abbasiyah dan Umawiyah.

Ulama-ulama yang mengabil jalan tengah inilah kemudian menamakan dirinya sebagai kelompok Ahlussunnah wal-Jamaah yang dibagi dalam beberapa sudut pemikiran Islam seperti aqidah, syariah dan tasauf. Tentu saja di antara ulama ini masih berbeda-beda dalam mendefinisikan Aswaja ini, termasuk DDI dan NU juga sangat berbeda dalam pemahaman ini. Kalau NU menetapkan Imam Gahzali, Al-Junaedi sebagai tokoh sufi yang dianggap mewakili Aswaja, di dalam fikih yaitu imam empat mazhab, dan di dalam akidah yaitu Abu Hassan al-Asyari dan Abu Mansur al-Maturidi. Sertra menganggap selain mereka itu adalah bukan Aswaja.

Sedangkan DDI tidak mengklaim pemikiran-pemikiran ulama yang muncul setelah era ulama tersebut sebagai non Aswaja, dan DDI berbeda juga dengan beberapa organisasi Islam lainnya di indonesia yang mengklaim Ibnu Taiymiya sebagai bukan Aswaja pemikirannya menentang beberpa pemikiran sufi yang dibangun oleh pengikut-pengikut imam Ghazali, maka kalau saya mau mendefinisikan bahwa DDI itu sebenarnya adalah golongan tengah dari golongan tengah.

Oleh karena itu, pemikiran tentang Aswaja perlu dihidupkan kembali di DDI dengan mengangkat pemikiran-pemikiran yang melatarbelakangi munculnya pemikiran Aswaja sehingga kader-kader DDI tidak terperangkap dalam sebuah teki-teki pemikiran Islam yang berkmbang saat ini seperti bagaimana membedakan pemikiran Aswaja dngan Salafia dan apakah salahfiah itu bukan Aswaja dan lain sebagainya?

Tim IAPDIKA MC:
Seandainya teman-teman IAPDIKA mengusung sebagai PASSELLE PASAU’-NA GURUTTA, apakah ustadz bersedia menjadi pemimpin dan tokoh sebagai ulama di DDI yang menggantikan Anregurutta KH.Abdurrahman Ambo Dalle?

Gurutta Prof. SBAG Maggaberani:
Dari segi ORGANISASI saya melihat DDI sudah harus memperbaharui sistem, jangan lagi mempergunakan sistem NU, semua sekaran ini mencari kepemimpinan yang betul-betul pakar dibidang organisasi, tetapi dari sudut PEWARISAN ILMU, TETAP KITA MENGHORMATI ULAMA-ULAMA KITA, jadi kita perlu merancang organisasi yang berbeda, jangan seperti yang ada sekarang ini, Kita sekarang tidak ingin mempertahankan status Quo yang tidak sejalan dengan era reformasi kini.

Yang berkaitan denga IDARAT (organisasi), boleh diberikan kepada generasi berusia 30-an atau 40-an yang lebih agresif, mempunyai keseriusan untuk memajukan suatu Organisasi, tetapi RUJUKAN dari sudut ilmu pengetahuan kita adakan lembaga tertentu di dalam organisasi seperti “MAJELIS SYUYUKH” (Senator) atau LEMBAGA PERTIMBANGAN TERTINGGI ULAMA DDI, kalau seperti itu bagi saya tidak ada masalah, sebab itu adalah bidang saya. Saya bersedia duduk Majlis Syuyukh (senator) DDI, atau masuk dalam LEMBAGA PERTIMBANGAN TERTINGGI ULAMA DDI. Kesimpulannya adalah serahkan segala urusan kepada ahlinya.


No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

MyBukukuningLink

Bertukar link?



Copy kode di bawah masukan di blog anda, MyBukukuning akan segera linkback kembali. TRIMS!

Super-Bee

Popular Posts

BOOK FAIR ONLINE

Book Fair Online

Blog Archive

PENGOBATAN LANGSUNG DENGAN HERBAL ALAMI:

BURSA BUKU IAPDIKA: "KASIH SANG MERPATI" (Rp 25.000)

animated gifs
Info | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA

IAPDIKA GALERI:

animated gifs
Info: | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA