Wawancara Tim IMC Dengan Drs. KH. Lukmanul Hakim, Lc
Oleh: Rahman Yanse
Ditengah-tengah padatnya acara silaturrahim “tudang
sipulung” warga DDI di Samarinda – Kaltim (27/4) lalu, Tim IAPDIKA Media Center (IMC) memanfaatkan
kesempatan yang sangat sempit itu untuk mengambil wawancara singkat dengan
salah satu tokoh DDI yang fenomenal, tawadhu’, kharismatik, terkenal tegas, dan
sangat dikesankan oleh semua santri-santrinya di mana-pun Beliau pernah
mengajar.
Beliau adalah Drs. KH. Lukmanul Hakim, Lc yang sering disapa
oleh santrinya Gurutta Haji Lukman, tokoh ini telah mengabdikan hidupnya lebih
dari seperempat abad mengajar dan membina di pesantren-pesantren DDI. Ia dikenal
sebagai Kyai terbang karena seringnya pindah-pindah dari pesantren ke pesantren
yang lain, dan terakhir Beliau diminta lagi oleh warga Mamuju – Sulbar menangani
pesantren baru binaan Yayasan IAPDIKA di provensi termuda ini.
Sebagaimana juga Beliau masyhur dengan sebutan Kyai bertangan
dingin karena di mana-pun Beliau mengajar pasti ramai didatangi oleh santri-santri
yang ingin belajar di bawah pesantren asuhannya. Gurutta Haji Lukman terlalu banyak
jika ingin dikenang semua keistimewaannya, beliau lebih luas dari pada memori
kenangan. Oleh karena itu, disela-sela kesibukannya menyapa warga dan para santri-
santrinya yang tidak pernah sepi mengerumuni Beliau selama keberadaannya di
Kaltim, Tim IMC menyempatkan diri mengambil wawancara singkat dengan Beliau,
berikut ini petikannya:
Tim IMC:
Ustaz masyhur dengan sebutan Kyai terbang yakni selalu
berpindah-pindah memimpin dan membina ponpes, dan bahkan pondok yang anda
pimpin sekarang diketahui tidak ada hubungannya dengan DDI. Apakah
ini karena atas kemauan pribadi
ataukah ada pihak lain yang menginginkannya?
Gurutta Haji Lukman:
Bicara keinginan, jelas bukan karena keinginan saya
sendiri tapi ada yang merekayasanya, dan tidak usah disebutkan di sini karena saya
kira semua sudah mengetahuinya. Tetapi, apapun penyebabnya
menurut hemat saya itu semua memang sudah ketentuanoleh Allah SWT.
Tim IMC:
Bagaimana
nasib ponpes yang pernah anda rintis setelah ditinggalkan?
Gurutta Haji Lukman:
Kondisinya
tentu berubah dan dampaknya kini dirasakan masyakat. Pesantren Patobong itu
saya yang merintisnya tapi di bawah
naungan DDI, Bahkan lokasinya baru dibeli setelah saya ada. Awalnya hanya
sekolah diniah (sekolah agama/sekolah
pendukung belajar waktu siang) lalu kemudian berkembang menjadi sekolah pavorit yang independen. Dan
ketika masih di bawah
binaan saya jumlah santrinya mencapai angka 600-an orang. Sedangkan Pesantren
Lerang-Lerang, ketika dibawah pimpinan saya jumlah santrinya mencapai 400 -500 an orang. Dan itu memang
sudah full seat,
dimana 12 kelas yang disediakan semuanya
penuh.
Tim IMC:
Ponpes
Patobon dan Lerang-lerang sebenarnya punya siapa? Apakah PB & MA memang mempunyai kewenangan memberhentikan dan menunjuk
pimpinan pondok?
Gurutta Haji Lukman:
Belajar
dari pengalaman pindahnya saya dari Patobong karena ada oknum tertentu yang tidak senang kepada saya memimpin di situ
sehingga dicarikan alasan
supaya pindah. Maka ketika merintis Pesantren Lerang-lerang saya putuskan
menggunakan payung DDI
AD. Karena secara kebetulan pada waktu itu DDI memang sudah terpecah menjadi dua kelompok. Kenapa saya pilih
bergabung ke DDI AD, maksudnya supaya saya tidak bisa lagi diganggu-ganggu tapi
nyatanya masih diganggu juga.
Tim IMC:
Seandainya
ustadz nantinya ditunjuk memimpin Kaballangan, apakah sanggup mengembalikan
kejayaannya seperti dulu?
Gurutta Haji Lukman:
Rasanya
agak susah karena tantangannya lebih banyak dibanding dulu ketika Gurutta masih hidup. Terutama
kondisi sosial masyarakatnya sudah jauh berbeda. Tapi kalau mau bersama-sama,
Insya Allah,
kita bisa menghadapi segala bentuk tantangannya. Kuncinya, bersatu.
Tim IMC:
Menurut
pengamatan Ustadz, bagaimana kepemimpinan di DDI saat ini?
Gurutta Haji Lukman:
Alumni
sudah bisa menyimpulkan sendiri. Jadi tidak perlu saya utarakan lagi, (sambil senyum penuh arti).
Tim IMC:
Bagaimana
pandangan ustadz dengan gerakan perubahan yang dipelopori IAPDIKA?
Gurutta Haji Lukman:
Tentunya
kita semua berharap gerakan perubahan yang
digagas IAPDIKA ini
berjalan lebih efisien. Kalau generasi yang
lama-lama/tua sudah tidak bisa diharapkan
lagi.
Tim IMC:
Muncul
banyak komentar yang menganggap IAPDIKA sebagai kelompok pemberontak dan tidak
ber-akhlak. Padangan ustadz?
Gurutta Haji Lukman:
Kalau
IAPDIKA dianggap begitu berarti ada yang ditiru. Misalnya, seandainya yang dihadapi anak-anak
IAPDIKA adalah almarhum Gurutta Ambo Dalle tentu
tidak ada yang berani berbuat kurang ajar, karena yang dicontohkan oleh Gurutta adalah semuanya
kemuliaan dan kesantunan. Nah, kalau sekarang murid dikatakan tidak etis atau
tidak berakhlak berarti ada yang ditirunya dan siapa lagi kalau bukan gurunya.
Tim IMC:
Kira-kira
apa yang harus dibenahi kalau Kaballangang ingin dibuat maju
kembali?
Gurutta Haji Lukman:
Saya kira masalahnya bukan di murid atau fasilitas
pondoknya tapi pengurusnya yang harus dibenahi.
Tim IMC:
Kalau ustadz ditunjuk memimpin Ponpes binaan Yayasan
IAPDIKA di Mamuju, apakah ustaz siap?
Gurutta Haji Lukman:
Saya tidak mengejar menjajadi pemimpin, tapi - Insya
Allah - akan saya dukung dan berusaha membantu semaksimal mungkin.
Tim IMC:
Apakah Gerakan Perubahan yang perjuangkan IAPDIKA akan
berhasil?
Gurutta Haji Lukman:
Keberhasilan
bukan ditentukan oleh manusia tapi Allah SWT. Tetapi, sepanjang niatnya baik dan ikhlas
karena Allah SWT,
Insya Allah, saya jamin akan berhasil.
Tim IMC:
Pesan
ustadz untuk seluruh alumni DDI baik yang sudah bergabung dalam gerakan perubahan ini maupun
yang belum?
Gurutta Haji Lukman:
Bagi
yang sudah bergabung, semoga tetap istiqamah.
Sedangkan bagi yang belum semoga dibukakan Allah SWT hatinya.
Samarinda, 28 April 2013
No comments:
Post a Comment