MUHASABAH DINI
Oleh: Med Hatta
Komunitas Anak DDI Kaballangang yang selama ini
mendengungkan idiologi komunal DDI “Passelle Pasau, barakka’,
serta Anukku Anunna DDI, Anunna DDI Tania Anukku” ternyata bukan hanya
slogan dan kata-kata indah penghias status (postingan Facebook), namun
dirasakan masih sangat kuat untuk membangun solidaritas meskipun kita belum
pantas berpuas diri, karena masih jauh dari makna yang sesungguhnya.
DEMI merealisasikan semuanya maka Komunitas Anak
DDI Kaballangan yang kental memiliki nilai-nilai moral Gurutta telah membangun
satu Yayasan IAPDIKA yang akan dideklarasikannya pada (25/5) mendatang, dimana
nantinya diharapkan dapat menjadi lokomotif dinamis untuk menggerakkan dan
menarik gerbong “tua usang” DDI ke relnya yang lurus hingga mencapai kejayaannya
kembali seperti sediakala ketika Gurutta masih hidup. SMG!
Meskipun IAPDIKA masih bayi merah, tapi tidak ada
salahnya pada hari deklarasinya nanti dimanfaatkan untuk MUHASABAH DINI;
mengevaluasi fokus target, merapatkan barisan, merefresh semagat, sehingga
IAPDIKA kedepan hanya menjadi milik anggota-anggota yang merasapi “nilai-nilai
moral Gurutta” yang jauh dari sekat-sekat pemisah yang dapat merugikan kita secara
pribadi maupun secara bersama.
Dan yang paling penting bagi bayi IAPDIKA saat ini adalah meluruskan niat (tajdidun niyah) dan menata kembali konsep visi misi perjuangan, atau konkritnya menuntaskan “BENTUK/KONSEP PERJUANGAN YANG RIIL DAN JELAS”, di mana selama ini kita hanya mengutak-ngatikkan istilah-istilah niskala dan maya seperti: “Perubahan – kerbaikan – kebenaran”, sedangkan kalimat-kalimat itu sendiri adalah pengertian yang abstrak, tidak berwujud, tidak berbentuk, mujarad. Berjuang di dunia maya dalam era informasi sekarang ini BOLEH, tapi memperjuangkan sesuatu yang maya adalah perbuatan SIA-SIA.
Dan yang paling penting bagi bayi IAPDIKA saat ini adalah meluruskan niat (tajdidun niyah) dan menata kembali konsep visi misi perjuangan, atau konkritnya menuntaskan “BENTUK/KONSEP PERJUANGAN YANG RIIL DAN JELAS”, di mana selama ini kita hanya mengutak-ngatikkan istilah-istilah niskala dan maya seperti: “Perubahan – kerbaikan – kebenaran”, sedangkan kalimat-kalimat itu sendiri adalah pengertian yang abstrak, tidak berwujud, tidak berbentuk, mujarad. Berjuang di dunia maya dalam era informasi sekarang ini BOLEH, tapi memperjuangkan sesuatu yang maya adalah perbuatan SIA-SIA.
SAYA mengusulkan; sebaiknya kita kembali ke mabda’
dasar sebagai lokomotif reformasi dan penyatuan DDI, dan menjadika IAPDIKA
layaknya sebagai sebuah (LSM) saja yang akan bergerak dalam melakukan
pendampingan masyarakat khususnya warga DDI, melalui pemberdayaan SDM yang
sangat potensial ini untuk ikut serta dalam memperjuangkan persatuan dan
kejayaan DDI secara khusus dan kemajuan bangsa secara umum.
Hal ini dapat dilakukan IAPDIKA dengan berbagai
kerja nyata, membangun opini masyarakat melalui media-media cetak dan online
seperti tabloid, buletin, dan jejering sosial (Tweeter, Facebook, Blog,
Website, dll). Hal-hal seperti ini jauh lebih efektif, multi-bampa, dan lebih
minim biaya dari pada sekedar seremonial yang menguras banyak energi dan dana.
Namun, kembali lagi IAPDIKA harus merumuskan “KONSEP PERJUANGAN YANG RIIL DAN
JELAS” terlebih dahulu, sehingga kita tidak bekerja mengambang, menerawang, dan
pekerjaan-pekerjaan sia-sia lainnya. (Med HATTA)
No comments:
Post a Comment