Dalam Catatan Sejarah vs Catatan Politik
By: Tahir Abu
Catatan sejarah Islam penuh dengan sejarah kelam.
sejarah bisa saja dimanipulasi. Banyak intrik di situ. Tergantung kepentingan
yang bermain di dalamnya. Namun di sini harus kita bedakan, mana Catatan
Sejarah mana Catatan Politik. Syi'ah misalnya, akar sejarahnya banyak tercipta
dari pergulatan politik. Makanya, ketika membahas antara Ali dan Abu Bakar, di
situ akan terasa jelas dan nampak aroma ketidak jujuran intelektualnya
bahwasanya pengaruh politik sangat berimplikasi pada settingan sejarah. Di sini
kita harus cerdas memilah referensi sejarah. Kalau tidak, seumur hidup kamu
akan berada di bawah bayang-bayang rekayasa sejarah. Alias korban catatan
politik.
Selanjutnya, kita tarik kekontes Indonesia. Puluhan
tahun kita disuguhi catatan politik. Bukan catatan sejarah. Sejarah Soekarno
seakan hanya terpusat di jawa. cerita kepahlawanan hanya milik orang Jawa.
Lasinrang yang berdarah-darah di Pinrang tidak pernah dilirik oleh sejarah
Nasional. Era Soeharto seakan melegitimasi tradisi ini. Sekali lagi di sini
kita hanya korban catatan politik.
Selanjutnya, kita tarik kekonteks DDI. Saya ikut
tertarik mengomentari sosok fenomenal oknum yang bernama LATIF. Meskipun saya
agak telat. Tapi masih hangat untuk diperbincangkan. Saya rasa kita semua harus
jeli melihat kasus seperti ini. Tulisan saya sebelumnya menyinggung masalah
Perang Opini. Inilah bagian dari perang opini itu, setiap saat kita harus siap
mengcounternya. Jangan-jangan oknum seperti ini memang hanya titipan yang
sengaja mengacak-acak barisan ini. Akan banyak boneka-boneka yang di pasang
oleh pihak yang tidak senang dengan misi besar ini.
Kalau dia mengaku sebagai pakar sejarah. Sejarah
apa dulu. Bicara masalah fakta sejarah DDI, masih banyak saksi dan pelaku
sejarah yang pernah sezaman dengan Gurutta. Itu jauh lebih valid, jauh lebih
ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan. Dari pada sekedar catatan hitam di atas
putih. Baru mengklaim seakan dialah pemilik fakta sejarah DDI sebenarnya. Di
sinilah sekali lagi kita harus membedakan mana Catatan Sejarah dan mana Catatan
Politik. Catatan Politik bisa saja pesanan pihak tertentu untuk kepentingan
tertentu. Inilah kendaraan gelap yang ditumpangi oleh penumpang gelap.
Hati-hati, perang itu semakin terasa. Jangan lagi mau menjadi korban catatan
politik untuk kesekian kalinya. Waffaqonallah
No comments:
Post a Comment