PENGGANTI
KH.ABDURRAHMAN AMBO DALLE
Oleh: Rahman Mahdaly
Pada era kepemimpinan KH. Abdurrahman Ambo Dalle-lah DDI
mengalami kemajuan yang sangat pesat dan mampu melampaui pencapaian
organisasi-organisasi Islam lainnya. KH. Abdurrahman Ambo
Dalle sendiri
adalah ikon bagi kemajuan pendidikan agama disulawesi, beliau menjadi figur
sentral bagi warganya dan dan menjadi aset penting bagi bangsa dan Negara.
Sosok KH. Abdurrahman Ambo Dalle sebagai pendiri sekaligus
sebagai PB DDI telah mengatar organisasi DDI menjadi sebuah organisasi
Pendidikan dan Dawah yang besar dan disegani di tanah air.
Pada Tahun 1970 an, KH. Abdurrahman Ambo Dalle sebagai
Pengurus Besar sekaligus sebagai Pendiri DDI sedikit kesulitan mencari orang
yang bisa membantu memenej kebutuhan warga DDI yang telah membuka cabang dan
Ranting diberbagai pelosok Nusantara. Untuk mengatasai krisis ini, KH. Abdurrahman
Ambo Dalle lalu merekrut beberapa tokoh dari luar seperti Drs. Abd. Muiz Kabry,
untuk bergabung ke DDI.
Saat itu, mencari orang pandai dalam berorganisasi di DDI
benar-benar seperti mencari jarum ditumpukan jerami. Amat bisa dimaklumi
kalau pada tahun-tahun itu DDI mengalami defisit sumber daya manusia.
Sebetulnya bukan tidak ada “orang pandai” di dalam DDI. DDI sendiri adalah
organisasi ulama, dan ulama dalam bahasa Arab berarti “orang berilmu” atau
“ilmuwan.” Tapi, kata “ulama” dalam DDI terlanjur direduksi hanya menjadi
“ilmuwan agama” atau orang yang ahli tentang agama saja.
Karena
keahlian mereka sangat terbatas dalam manajmen dan pengembangan organisasi,
maka DDI mengalami kesulitan ketika warganya ramai-ramai membuka cabang di
daerahnya, sementara untuk menjadi organisasi yang besar, dan mempunyai caban yang
tersebar dimana mana. DDI harus mampu melayani kebutuhan warganya , belum lagi
soal perizinan dan loby-loby
dari instansi terkait yang sangat berbelit pada masa itu..
Pada 1950-an, Ormas Islam yang sudah ada seperti NU,
Muhammadiyah, dll, umumnya telah memiliki tenaga ahli dalam Manajmen, selain
beberapa pengurusnya talah berpengalam dalam organisasi pergerakan sebelumnya,
juga sebagian pernah menjalani pendidikan modern, baik di Belanda maupun di
sekolah-sekolah Belanda yang ada di Indonesia. Sedangkan
orang DDI hanyalah tamatan pesantren yang tidak menguasai ilmu-ilmu umum.
Kondisi
mengenaskan itu mulai berubah pada tahun 1980-an, ketika generasi muda DDI
berbondong-bondong memasuki perguruan tinggi di kota-kota besar. Urbanisasi dan
proyek pembangunan yang dilancarkan Presiden Soeharto menciptakan peluang besar
bagi penduduk desa untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dan lebih
modern. Institusi-institusi profesional dan perusahaan-perusahaan yang
memerlukan tenaga kerja mendorong para pelajar untuk semakin berpikir ke arah
pendidikan yang lebih vokasional.
Generasi
muda DDI yang lahir pada akhir 1960-an
dan awal 1970-an
adalah generasi baby-boomer yang mendapat kesempatan belajar jauh lebih
baik dari orang-orang tua mereka. Sebagian besar anak-anak DDI yang lahir pada
era ini mengenyam pendidikan umum atau pendidikan agama dengan kombinasi
pelajaran umum. Pada masa ini, tidak jarang para orang tua DDI menyekolahkan
anak mereka secara ganda, pagi di sekolah umum (SD) dan sore di sekolah agama
(Ibtidaiyah).
Jasa
KH. Abdurrahman Ambo
Dalle
Ledakan
bayi-bayi DDI mulai dapat dirasakan pada tahun 1990-an dan semakin keras
gaungnya setelah memasuki tahun 2000-an.
Seperti sudah disebutkan di atas, orang-orang DDI kini banyak mengisi
jabatan-jabatan dan pos-pos penting, baik di pemerintahan maupun di
lembaga-lembaga profesional. Generasi muda DDI juga memasuki dunia usaha
khususnya dunia travelin yang sebelumnya hanya sebagai guide sekarang menjadi
komisaris. Yang paling menggembirakan adalah bahwa DDI juga leading dalam
pengembangan pemikiran keagamaan, dan ini dapat dilihat dari karya-karya tulis mereka yang
diterbitkan dalam berbagai media cetak dan eletronik, padahal dulu karya tulis
seperti itu hanya muncul dari kalangan kaum modernis.
Sebelum
tahun 1980-an,
DDI selalu dianggap sebagai organisasi Islam tradisional yang anti-pembaruan,
anti-pemikiran, dan reaksioner terhadap dunia modern. DDI juga sering
mendapatkan streotip sebagai organisasi terbelakang, kolot, dan anti kemajuan. Citra DDI mengalami
perubahan yang luar biasa sejak pertengahan tahun 1980-an, khususnya ketika KH.
Abdurrahman Ambo Dalle melakukan suatu gebrakan yang tak pernah dilakukan
sebelumnya yaitu dengan melakukan ijtihad politik dengan masuk dipartai golkar,
kemudian membawa perubahan bagi DDI dari organisasi yang “kolot” dan
“terbelakang” menjadi sebuah lembaga yang sangat dinamis.
Jasa terbesar KH. Abdurrahman Ambo Dalle adalah
mewariskan organisasi DDI sebagai organisasi pendidikan dan Da’wah yang harus
dijaga dan dipelihara KH. Abdurrahman Ambo Dalle telah mengorban semua hidup
dan kehidupannya untuk kejayaan DDI, bahkan beliau mempertegas bahwa “anukku
anunna DDI anunna DDI tanyia anukku”.
Pengganti KH. Abdurrahman Ambo Dalle
Setelah KH. Abdurrahman Ambo Dalle wafat pada tahun 1996
yang silam, warga Darul Da’wah Wal Irsyat DDI kembali membicarakan tentang
nasib DDI Pasca KH. Abdurrahman Ambo Dalle. Tiba-tiba
mereka rindu akan sosok KH. Abdurrahman Ambo Dalle yang
telah begitu banyak memberikan jasa kepada warga DDI. Menjelang Muktamar DDI
2014 tahun depan, wacana memunculkan sosok pemimpin seperti KH. Abdurrahman Ambo
Dalle kembali menguat.
Sebagian
orang percaya bahwa sosok KH. Abdurrahman Ambo Dalle akan
sulit dicari gantinya. Sebagian mengatakan bahwa sosok itu ada pada anak-anak KH. Abdurrahman Ambo
Dalle, baik itu dari anak biologis maupun dari anak Ideologis, dan sebagian
lainnya berpendapat bahwa tidak perlu persis seperti KH. Abdurrahman Ambo
Dalle, yang penting orang itu mampu memainkan peran seperti yang dimainkan KH. Abdurrahman Ambo
Dalle ketika ia memegang tampuk kepemimpinan DDI.
Itu artinya orang tersebut haruslah visioner, punya
karakter, keihlasan, bisa menjadi figur pemersatu, pendukung perubahan, serta
sanggup mengembalikan purnama Kaballangang, saya yakin bahwa DDI pasti memiliki
orang seperti itu, bahkan yang mengatakan tidak ada orang yang sanggup
menjalani peran KH. Abdurrahman Ambo Dalle sama halnya ia mengatakan bahwa KH. Abdurrahman
Ambo Dalle telah gagal melakukan regenerasi.
Tentu
saja, orang itu tidak harus sama persis seperti KH. Abdurrahman Ambo
Dalle. Jika ia memenuhi kualifikasi KH. Abdurrahman Ambo Dalle
dalam hal pengetahuan (kitab kuning), punya krakter, visioner, punya keihlasan
dan sifat wara, maka dia layak maka dia layak meneruskan perjuangan KH. Abdurrahman
Ambo Dalle. Saya kira, muktamar 2014 nanti, warga DDI harus berani memutuskan
siapa yang bakal menjadi pemimpin mereka ke depan. Jangan
sampai mencari pengganti KH. Abdurrahman Ambo sama seperti
mencari jarum ditumpukan jerami....
No comments:
Post a Comment