Tuesday, June 4, 2013

MENANTI PRESIDEN DDI 2014:



PENGGANTI KH.ABDURRAHMAN AMBO DALLE


Pada era kepemimpinan KH. Abdurrahman Ambo Dalle-lah DDI mengalami kemajuan yang sangat pesat dan mampu melampaui pencapaian organisasi-organisasi Islam lainnya. KH. Abdurrahman Ambo Dalle sendiri adalah ikon bagi kemajuan pendidikan agama disulawesi, beliau menjadi figur sentral bagi warganya dan dan menjadi aset penting bagi bangsa dan Negara. Sosok KH. Abdurrahman Ambo Dalle sebagai pendiri sekaligus sebagai PB DDI telah mengatar organisasi DDI menjadi sebuah organisasi Pendidikan dan Dawah yang besar dan disegani di tanah air.

Pada Tahun 1970 an, KH. Abdurrahman Ambo Dalle sebagai Pengurus Besar sekaligus sebagai Pendiri DDI sedikit kesulitan mencari orang yang bisa membantu memenej kebutuhan warga DDI yang telah membuka cabang dan Ranting diberbagai pelosok Nusantara. Untuk mengatasai krisis ini, KH. Abdurrahman Ambo Dalle lalu merekrut beberapa tokoh dari luar seperti Drs. Abd. Muiz Kabry, untuk bergabung ke DDI.

Saat itu, mencari orang pandai dalam berorganisasi di DDI benar-benar seperti mencari jarum ditumpukan jerami. Amat bisa dimaklumi kalau pada tahun-tahun itu DDI mengalami defisit sumber daya manusia. Sebetulnya bukan tidak ada “orang pandai” di dalam DDI. DDI sendiri adalah organisasi ulama, dan ulama dalam bahasa Arab berarti “orang berilmu” atau “ilmuwan.” Tapi, kata “ulama” dalam DDI terlanjur direduksi hanya menjadi “ilmuwan agama” atau orang yang ahli tentang agama saja.

Karena keahlian mereka sangat terbatas dalam manajmen dan pengembangan organisasi, maka DDI mengalami kesulitan ketika warganya ramai-ramai membuka cabang di daerahnya, sementara untuk menjadi organisasi yang besar, dan mempunyai caban yang tersebar dimana mana. DDI harus mampu melayani kebutuhan warganya , belum lagi soal perizinan dan loby-loby dari instansi terkait yang sangat berbelit pada masa itu..

Pada 1950-an, Ormas Islam yang sudah ada seperti NU, Muhammadiyah, dll, umumnya telah memiliki tenaga ahli dalam Manajmen, selain beberapa pengurusnya talah berpengalam dalam organisasi pergerakan sebelumnya, juga sebagian pernah menjalani pendidikan modern, baik di Belanda maupun di sekolah-sekolah Belanda yang ada di Indonesia. Sedangkan orang DDI hanyalah tamatan pesantren yang tidak menguasai ilmu-ilmu umum.

Kondisi mengenaskan itu mulai berubah pada tahun 1980-an, ketika generasi muda DDI berbondong-bondong memasuki perguruan tinggi di kota-kota besar. Urbanisasi dan proyek pembangunan yang dilancarkan Presiden Soeharto menciptakan peluang besar bagi penduduk desa untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dan lebih modern. Institusi-institusi profesional dan perusahaan-perusahaan yang memerlukan tenaga kerja mendorong para pelajar untuk semakin berpikir ke arah pendidikan yang lebih vokasional.

Generasi muda DDI yang lahir pada akhir 1960-an dan awal 1970-an adalah generasi baby-boomer yang mendapat kesempatan belajar jauh lebih baik dari orang-orang tua mereka. Sebagian besar anak-anak DDI yang lahir pada era ini mengenyam pendidikan umum atau pendidikan agama dengan kombinasi pelajaran umum. Pada masa ini, tidak jarang para orang tua DDI menyekolahkan anak mereka secara ganda, pagi di sekolah umum (SD) dan sore di sekolah agama (Ibtidaiyah).

Jasa KH. Abdurrahman Ambo Dalle
Ledakan bayi-bayi DDI mulai dapat dirasakan pada tahun 1990-an dan semakin keras gaungnya setelah memasuki tahun 2000-an. Seperti sudah disebutkan di atas, orang-orang DDI kini banyak mengisi jabatan-jabatan dan pos-pos penting, baik di pemerintahan maupun di lembaga-lembaga profesional. Generasi muda DDI juga memasuki dunia usaha khususnya dunia travelin yang sebelumnya hanya sebagai guide sekarang menjadi komisaris. Yang paling menggembirakan adalah bahwa DDI juga leading dalam pengembangan pemikiran keagamaan, dan ini dapat dilihat dari karya-karya tulis mereka yang diterbitkan dalam berbagai media cetak dan eletronik, padahal dulu karya tulis seperti itu hanya muncul dari kalangan kaum modernis.

Sebelum tahun 1980-an, DDI selalu dianggap sebagai organisasi Islam tradisional yang anti-pembaruan, anti-pemikiran, dan reaksioner terhadap dunia modern. DDI juga sering mendapatkan streotip sebagai organisasi terbelakang, kolot, dan anti kemajuan. Citra DDI mengalami perubahan yang luar biasa sejak pertengahan tahun 1980-an, khususnya ketika KH. Abdurrahman Ambo Dalle melakukan suatu gebrakan yang tak pernah dilakukan sebelumnya yaitu dengan melakukan ijtihad politik dengan masuk dipartai golkar, kemudian membawa perubahan bagi DDI dari organisasi yang “kolot” dan “terbelakang” menjadi sebuah lembaga yang sangat dinamis.

Jasa terbesar KH. Abdurrahman Ambo Dalle adalah mewariskan organisasi DDI sebagai organisasi pendidikan dan Da’wah yang harus dijaga dan dipelihara KH. Abdurrahman Ambo Dalle telah mengorban semua hidup dan kehidupannya untuk kejayaan DDI, bahkan beliau mempertegas bahwa “anukku anunna DDI anunna DDI tanyia anukku”.

Pengganti KH. Abdurrahman Ambo Dalle
Setelah KH. Abdurrahman Ambo Dalle wafat pada tahun 1996 yang silam, warga Darul Da’wah Wal Irsyat DDI kembali membicarakan tentang nasib DDI Pasca KH. Abdurrahman Ambo Dalle. Tiba-tiba mereka rindu akan sosok KH. Abdurrahman Ambo Dalle yang telah begitu banyak memberikan jasa kepada warga DDI. Menjelang Muktamar DDI 2014 tahun depan, wacana memunculkan sosok pemimpin seperti KH. Abdurrahman Ambo Dalle kembali menguat.

Sebagian orang percaya bahwa sosok KH. Abdurrahman Ambo Dalle akan sulit dicari gantinya. Sebagian mengatakan bahwa sosok itu ada pada anak-anak KH. Abdurrahman Ambo Dalle, baik itu dari anak biologis maupun dari anak Ideologis, dan sebagian lainnya berpendapat bahwa tidak perlu persis seperti KH. Abdurrahman Ambo Dalle, yang penting orang itu mampu memainkan peran seperti yang dimainkan KH. Abdurrahman Ambo Dalle ketika ia memegang tampuk kepemimpinan DDI.

Itu artinya orang tersebut haruslah visioner, punya karakter, keihlasan, bisa menjadi figur pemersatu, pendukung perubahan, serta sanggup mengembalikan purnama Kaballangang, saya yakin bahwa DDI pasti memiliki orang seperti itu, bahkan yang mengatakan tidak ada orang yang sanggup menjalani peran KH. Abdurrahman Ambo Dalle sama halnya ia mengatakan bahwa KH. Abdurrahman Ambo Dalle telah gagal melakukan regenerasi.

Tentu saja, orang itu tidak harus sama persis seperti KH. Abdurrahman Ambo Dalle. Jika ia memenuhi kualifikasi KH. Abdurrahman Ambo Dalle dalam hal pengetahuan (kitab kuning), punya krakter, visioner, punya keihlasan dan sifat wara, maka dia layak maka dia layak meneruskan perjuangan KH. Abdurrahman Ambo Dalle. Saya kira, muktamar 2014 nanti, warga DDI harus berani memutuskan siapa yang bakal menjadi pemimpin mereka ke depan. Jangan sampai mencari pengganti KH. Abdurrahman Ambo sama seperti mencari jarum ditumpukan jerami....



No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

MyBukukuningLink

Bertukar link?



Copy kode di bawah masukan di blog anda, MyBukukuning akan segera linkback kembali. TRIMS!

Super-Bee

Popular Posts

BOOK FAIR ONLINE

Book Fair Online

PENGOBATAN LANGSUNG DENGAN HERBAL ALAMI:

BURSA BUKU IAPDIKA: "KASIH SANG MERPATI" (Rp 25.000)

animated gifs
Info | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA

IAPDIKA GALERI:

animated gifs
Info: | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA