Friday, March 8, 2013

KEMANUNGGALAN ANREGURUTTA AMBO DALLE DAN DDI:


Renungan Jum’at (25 Maret 2013):
Memahami Slogan Gurutta: “Anukku Anunna DDI, Anunna DDI Tannia Annuku”
Judul di atas sudah sangat populer di antara kita warga DDI bahkan menjadi inspirasi perjuangan IAPDIKA. Walaupun slogan tersebut sudah berulang kali disinggung di komunitas ini. Bahkan adik Kita Rahma Thiya Rahim telah memposting pandangan Gurutta Prof. Dr. Rahim Arsyad mengenai interpretasi slogan ini. Namun, saya tetap tertarik untuk menulis tema yang fenomenal ini sebagai renungan pekan kita.
 
Mengingat selama ini banyak yang mengangkat slogan itu bahkan diantara kita ada yang menunjukkan bukti-bukti nyata dan mempertanyakan sejauh mana implementasi slogan tersebut di dalam lingkup keluarga Gurutta. Sebagai warga DDI yang masih sangat junior bila dibandingkan dengan mahaguru-mahaguru kita baik mereka yang berada di Pare-Pare, Kaballangang, Mangkoso atau ditempat lain, tentulah pengetahuan dan pemahaman kami sangat terbatas tentang nilai slogan tersebut dan masih perlu mengkaji dan memahami secara utuh slogan yang filosofis dan diplomatis ini.
 
Bahkan perlu menginventarisasi data yang ada untuk sampai kepada sebuah hipotesa yang akurat sehingga tidak terperangkap dalam pemahaman yang hirarkis. Meskipun demikian, saya juga terpanggil untuk mengungkapkan apa yang saya bisa fahami atas slogan indah ini dan membutuhkan koreksi jika memang dianggap salah.

Saya yakin, bahwa slogan di atas yang telah dipopulerkan oleh Gurutta sejak awal memimpin dan merintis DDI adalah sebagai motivator untuk mengembangkan lembaga pendidikan dan dakwah yang telah dibangun dan sebagai sugesti untuk beramal dan bekerja demi pendidikan dan dakwah. Slogan ini memang sangat filosofis dan diplomatis, tetapi sangat jelas ibarat Purnama di malam hari yang sudah tidak perlu lagi diperdebatkan. Namun perlu dipahami agar tidak menjadi persoalan yang melilit diantara kita semuanya.

Menurut pemahaman saya dan mungkin sudah menjadi kesepahaman bersama bahwa Gurutta adalah seorang sosok yang luar biasa yang sulit ditemukan pada masanya, dulu dan sekarang, bukan saja di Sulawesi tetapi juga di tempat lain. Gurutta telah mempersembahkan seluruh hidupnya demi agama dan masyarakatnya yang dia cintai. Sejak awal Gurutta telah memberikan hidupnya untuk sebuah pendidikan agama dan pengabdian ke masyarakat yang tak terhingga sehingga hampir satu jam-pun dalam riwayat hidupnya tidak ada yang sia-sia. Seluruh hidupnya telah diisi dengan kebajikan untuk dirinya dan masyarakat di sekitarnya, bukan saja di Sulawesi tetapi juga hampir seluruh tanah air.
 
Gurutta ibarat seorang Sufi yang larut dalam kecintaannya terhadap Tuhannya sehingga melupakan semua apa yang dia miliki untuk dirinya dan keluarganya. Bahkan tidak terdapat ruang sedikitpun dalam hatinya untuk dunia dan keluarganya, hatinya hanya dipenuhi cinta kepada Allah sehingga semua yang dimilikinya hanyalah milik Allah dan untuk Allah. Gurutta-pun demikian dalam mengembang dakwah dan pendidikan untuk masyarakatnya, seluruh harta, jiwa dan tenaganya semua dicurahkan hanya untuk pendidikan dan dakwah demi sebuah agama dan masyarakat yang sangat dicintainya.
 
Diantara kita pun, mungkin juga pernah mengalami suasana kebathinan seperti itu, yaitu ketika kita jatuh cinta kepada seseorang sehingga menjadikan semua milik kita adalah milik yang dikasihi; dompet dan kendaraan semua dipersembahkan hanya untuk yang dicintai. Suasana kebathinan seperti inilah yang dialami Gurutta terhadap DDI sehingga muncul sebuah slogan yang sangat menarik dan tetap up to date untuk sebuah pengabdian. Slogan ini jugalah telah membuat kita terperangkap dalam sebuah perhelatan dengan mereka yang tidak sepaham dengan kita.
 
Menurut hemat kami bahwa di masa Gurutta khususnya pada periode awal berdirinya DDI, tentulah tidak sama dengan era sekarang ini. Dulu, seseorang melihat ke DDI karena melihat Gurutta atau dalam pemahaman sederhana, DDI tidak ada tanpa Gurutta, sehingga dengan demikian apapun yang ingin disumbangkan oleh seseorang untuk kebaikan tentulah harus diberikan langsung kepada Gurutta. Guruttapun menjadi tumpuan pemberian oleh setiap dermawan yang ingin menyumbangkan hartanya karena meyakini dan percaya bahwa pemberiannya akan mendapatkan berkah dari Allah SWT.
 
Oleh karena itu, saya justru berasumsi yang lebih ekstrim lagi bahwa pada dasarnya semua milik DDI adalah milik Gurutta karena tanpa Gurutta maka DDI tidak akan ada, maka Guruttalah yang berhak untuk memanfaatkan seluruh pemberian orang termasuk yang ada di DDI dan dialah yang berhak memanfaatkan sesuai dengan keinginannya.

Dalam menyikapi kepercayaan masyarakat, Gurutta tidak terlena dan tetap menyadari dan meyakini bahwa semua pemberian dan semua yang dimiliki adalah milik Allah. Oleh karena itu, Gurutta mengikrarkan pada dirinya bahwa miliknya adalah miliki DDI agar semua orang tahu bahwa Gurutta berdakwah bukanlah karena popularitas atau kekayaan akan tetapi semata-mata karena agama dan masyarakat. Saya sangat mendukung pendapat Gurutta Prof. Dr. Rahim Arsyad bahwa slogan Gurutta jangan dipahami secara harpiyah.
 
Dengan demikian, menurut pemahaman kami bahwa slogan “Annukku Anunna DDI, Anunna DDI Tannia Annukku”, adalah suatu ungkapan Gurutta yang memberikan indikasi pengabdiannya terhadap dakwah dan pendidikan, tetapi secara hakekat dan hukum positif, bahwa harta dan kekayaan tersebut adalah tetap milik Gurutta. Dalam artian semua usaha yang telah dibangun untuk mendukung dakwah dan pendidikan adalah miliknya.
 
Sebuah contoh kongkrit dan sederhana, misalnya “Gurutta mendapatkan sumbangan dari seorang dermawan, lalu sumbangan tersebut digunakan untuk membeli mobil atau membangun rumah”. Mobil yang dibeli Gurutta atau rumah yang dibangun tentulah digunakan Gurutta untuk memenuhi seluruh keperluan operasionalnya dalam mengurus DDI atau jika dibangun untuk kediaman tentulah dimaksudkan untuk berkumpul dan beristirahat bersama keluarganya sehingga Gurutta dapat mengatur kegiatannya. Jika ada pertanyaan yang muncul, apakah mobil atau rumah itu milik DDI atau milik Gurutta? Maka pertanyaan itu akan sangat naïf khususnya jika pertanyaan itu keluar dari anak-anak DDI. Itulah mungkin yang dimaksud ustaz Rahim dengan “Mabusung”.
 
Sebagai seorang primitif seperti saya ini, tentulah mengatakan bahwa mobil atau rumah adalah milik Gurutta dan jika nantinya Gurutta meninggal dunia maka keluarganyalah berhak untuk menggunakan atau memanfaatkan harta tersebut tanpa harus ada resistensi dari pihak siapapun, karena kita juga harus tahu bahwa Gurutta selama hidupnya tidak pernah lepas dari berbagai posisi kehormatan baik ditingkat daerah maupun ditingkat Nasional mulai dari seorang Hakim hingga seorang anggota MPR-RI dan berbagai posisi lain. Semua posisi kehormatan itu, Gurutta memperoleh tunjangan setiap bulan dan tunjangan ini jugalah sebagiannya dimanfaatkan untuk membangun dan membiayai berbagai usaha untuk mendukung kehidupan keluarganya dan lembaganya seperti, apotik, percetakan dan rumah sakit bersalin.
 
Lalu apakah kita akan mengklaim bahwa itu adalah milik DDI? dan harus diserahkan ke DDI atau apalah dan lain sebagainya setelah Gurutta meninggal. Tentu pemikiran seperti ini terlalu hina bagi kita yang tumbuh dan berkembang dan menimba ilmu di DDI tanpa mengeluarkan uang banyak bila dibanding dengan pendapatan setiap alumni sekarang ini apalagi kalau kita menyandarkan hidup dalam DDI.

Ini tentu sangat berbeda, jika seorang dermawan membangun sebuah asrama dalam kompleks pesantren, maka bangunan dimaksud adalah milik pesantren bukan milik Gurutta. Karena itu saya berkesimpulan bahwa slogan Gurutta “Annukku Anunna DDI, Annunna DDI Tannia Annuku” adalah sebuah motivator untuk dirinya dan semua orang disekitarnya untuk berbakti di jalan Allah melalui harta, jiwa dan raga dan tidak menjadikan lembaga pendidikan dan dakwah sebagai tempat untuk mengumpulkan kekayaan sebagaimana yang dilakukan para pendeta-pendeta di zaman dulu. Sekian.
 

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

MyBukukuningLink

Bertukar link?



Copy kode di bawah masukan di blog anda, MyBukukuning akan segera linkback kembali. TRIMS!

Super-Bee

Popular Posts

BOOK FAIR ONLINE

Book Fair Online

PENGOBATAN LANGSUNG DENGAN HERBAL ALAMI:

BURSA BUKU IAPDIKA: "KASIH SANG MERPATI" (Rp 25.000)

animated gifs
Info | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA

IAPDIKA GALERI:

animated gifs
Info: | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA