Wednesday, March 27, 2013

MENGENAL “PASSELLE PASAU”-NA GURUTTA LEWAT KERTAS-KERTAS KERJANYA (Artikel) 01:



Rasionalisme dan Islam

Oleh: Dr. AGH. M.A. Rusdy Ambo Dalle

Salah satu masalah yang tidak ada habis-habisnya diperdebatkan oleh para intelektual, khususnya para intelektual Islam yakni masalah hubungan Akal dan Islam. Yaitu sampai di mana batasan akal/rasio dapat menginterpretasikan agama lewat akal/rasio. Apakah semua masalah-masalah agama dapat dibuktikan kebenarannya melalui logika akal, ataukah ada masalah-masalah tertentu dalam agama yang tidak boleh disentuh oleh akal.

Ada baiknya kita tengok kembali pada sejarah Islam, khususnya sejarah jazirah Arab; bahwasanya bangsa Arab sebelum Islam datang adalah penganut agama animisme/penyembah berhala. Agama Yahudi dan Kristen tidak begitu banyak penganutnya. Alam pikiran mereka banyak dipengaruhi oleh alam serta ajaran-ajaran yang mereka warisi dari orangtua-orangtua mereka. Dalam masalah pandangan hidup mereka menganut ajaran jabariyah yang tunduk pada hukum alam dan hukum adat.

Nabi Muhammad datang membawa agama Islam di mana salah satu inti dari ajarannya adalah kebebasan dalam memilih dan menentukan apa yang baik dan apa yang buruk serta apa yang benar dan apa yang salah dengan bimbingan wahyu Ilahi. Dalam periode pertama setelah datangnya Islam terjadi revolusi budaya di jazirah Arab, terutama dalam cara berpikir mereka. Hukum alam serta norma-norma yang diwarisinya sejak berabad-abad dari nenek moyangnya, telah mereka pertanyakan dan sanksinkan. Hukum yang berdasarkan adat dan tradisi diganti dengan hukum Ilahi/hukum samawi yang dibawa oleh nabi Muhammad. Setiap masalah atau problem apakah itu menyangkut masalah dunia atau akhirat selalu mereka tanyakan pada nabi Muhammad.

Tapi, setelah nabi Muhammad wafat terjadi kecemasan dan kegelisahan; kepada siapa mereka akan bertanya. Nabi Muhammad telah menyodorkan Al-Qur’an dan As-Hadits sebagai petunjuk bagi umat Islam. Namun, dalam menginterpretasikan terjadi perbedaan pendapat, terutama yang menyangkut masalah teologi dan politik. Sekarang muncul suatu problem apakah Islam sebagai agama itu adalah rasional dengan pengertian tidak bertentangan dengan dalil-dalil akal, ataukah agama Islam itu tidak dapat dirasionalisasikan?

Golongan dari umat yang mengatakan bahwa agama itu rasional tidak bertentangan dengan logika akal, dan semua apa yang ada dalam ajaran Islam dapat diterjemahkan atau dicapai lewat rasio (akal). Aliran atau golongan ini disebut atau menyebut dirinya Mutazilah. Sebelum munculnya Mutazilah sebagai suatu aliran atau sekolah filsafat yang berdiri sendiri, Mutazilah telah mengambil sikap berpikir yang menyangkut masalah-masalah kebebasan manusia dalam memilih.

Di tengah pergolakan politik dan sosial yang bercirikan pembangkangan yang dialami oleh masyarakat Arab semenjak terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, dalam kurun waktu yang relatif singkat yaitu pada tanggal 17 Juli 758 sampai pertengahan Januari 780 M, golongan Khawarij saja telah mengadakan pembangkangan/protes sebanyak 35 kali terhadap penguasa pokok. Dan inti dari pembangkangan tersebut adalah menyangkut masalah keadilan dan kebebasan menentukan pilihan. Masalah-masalah keadilan; apakah itu keadilan sosial atau keadilan hukum sangat menonjol pada saat itu, sebab di antara penguasa secara langsung atau tidak langsung telah memanipulasi ajaran-ajaran agama sesuai dengan keinginan mereka. Pada waktu itu dunia Islam menyaksikan suatu pergantian bentuk kenegaraan dari bentuk kekhalifahan ke bentuk monarki.

Mutazilah sebagai sekolah filsafat berdiri pada tahun 699 M. Dan salah satu ciri dari Mutazilah adalah menempatkan rasio dan wahyu Ilahi sejajar, bahwa semua yang ada dalam agama dapat dibuktikan lewat rasio. Pada dasarnya golongan Mutazilah dapat dimasukan mazhab kalam tanpa menolak adanya pengaruh filsafat Yunani dan teologi Kristen sebagaimana pendapat orientalist Italia Carlos Alfons Nalino 1872-1938. Menurut pendapatnya bahwa sebagian ahli teologi Islam langsung atau tidak langsung terpengaruh dengan teologi Kristen terutama masalah ikhtiar dan berusaha menafsirkan masalah nasib, kebebasan memilih dan menentukan apa yang mereka ingin perbuat sehingga patut mendapat balasan di hari kemudian.***
(Rusdy Ambo Dalle)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

MyBukukuningLink

Bertukar link?



Copy kode di bawah masukan di blog anda, MyBukukuning akan segera linkback kembali. TRIMS!

Super-Bee

Popular Posts

BOOK FAIR ONLINE

Book Fair Online

PENGOBATAN LANGSUNG DENGAN HERBAL ALAMI:

BURSA BUKU IAPDIKA: "KASIH SANG MERPATI" (Rp 25.000)

animated gifs
Info | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA

IAPDIKA GALERI:

animated gifs
Info: | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA