MINAD ZULUMATI ILAN NUUR; Menginspirasi Profesiku Bergelut
Di Sektor Listrik (Penerangan) Di Pulau Kalimantan
Oleh: Muntaha Saleh
Kalimat Arab di atas adalah potongan ayat al-Quran:
“dari gelap gulita menuju kepada terang benderang”, sepintas hanyalah
sebuah slogan sederhana yang populer dipakai oleh para santri Pondok Pesantren
DDI Kaballangang dalam acara rutin TRAINING DA’WAH setiap malam Jumat. Namun,
tak dinyana kalimat sederhana itu pula-lah yang telah menginspirasi diriku
menggeluti profesi dibidang penerangan, awalnya saya memulai memasang instalasi
listrik untuk menerengi beberapa titik di pulau Kalimantan yang sangat luas, yang
umumnya masih diliputi suasana gelap gulita yang mencekam di malam hari. Dan hingga kini profesi itulah yang telah menerangi hidupku dan keluarga.
Jalan Menuju Barakka':
Sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa yang mengarungi sebuah jalan menuju kepada lautan ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju kepada kebaikan (surga)" (Hadits).
Profil: Nama saya Muntaha Saleh, lahir di Desa Leppangeng pada Tanggal 8 September 1971. Arti dari nama saya (mohon dikoreksi kalau salah) “Tempat Persinggahan” dan saya juga tinggal di Leppangeng yang artinya juga “Tempat persinggahan”, nama dan tempat kelahiranku ditakdirkan mempunyai makna yang sama, semoga kehidupan duniawi saya menjadi persinggahan bagi semua berkah dan kebaikan yang datang dari sisi Allah SWT. Amin...!
Profil: Nama saya Muntaha Saleh, lahir di Desa Leppangeng pada Tanggal 8 September 1971. Arti dari nama saya (mohon dikoreksi kalau salah) “Tempat Persinggahan” dan saya juga tinggal di Leppangeng yang artinya juga “Tempat persinggahan”, nama dan tempat kelahiranku ditakdirkan mempunyai makna yang sama, semoga kehidupan duniawi saya menjadi persinggahan bagi semua berkah dan kebaikan yang datang dari sisi Allah SWT. Amin...!
Kami anak bungsu dari empat bersaudara, umurku pada
saat itu menginjak usia 12 tahun, duduk di bangku Kelas enam Sekolah Dasar, dan
telah Ujian akhir, tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Sepulang dari sekolah
langsung menuju rumah yang jaraknya sangat dekat + 80 meter saja, kami disambut
oleh Kedua Orangtuaku (Almarhum H.M.Saleh, dgn Almarhuma Hj.Mappa), setelah
kami istirahat setelah makan siang, Orangtuaku memanggil saya Lu’ Lu’(nama panggilanku
di keluargaku) ke sini dulu Nak, maka saya memenuhi penggilannya, rupanya
Orangtuaku sudah menunggu di ruang keluarga, sambil melemparkan senyumannya
ketika saya mendekati dan duduk dihadapannya, langsung berkata Nak, Bapak sama
Mama’mu sudah sepakat melanjutkan sekolahmu insya Allah setelah lulus di SD
nanti, rencana kami berdua memasukkan kamu ke Pesantren Kaballangang. Di
Pesantren itu kamu tidak sendirian Nak, bahkan banyak teman-temanmu dari
berbagai daerah, dan tidak jauh juga jaraknya dari kampung kita ini, sekitar 8
km saja sudah sampai. Di Pesantren Kaballangang tersebut, kamu menuntut dan
diajari berbagai ilmu-ilmu agama Islam, kamu juga Nak tinggal di ASRAMA dengan
diasuh, dikontrol dan dibimbing oleh para uztas di bawah Pimpinan “ANGREGURUTTA
K.H.ABD.RAHMAN AMBO DALLE”. Bagus sekali disana Nak, hasilnya bisa nanti cerama
di Masjid, bisa banyak hapalan Qur’annya, dan banyak lagi ilmu agama Islam yang
dapat kamu peroleh, dan insya Allah Bapak dan Mamamu nantinya, juga sering
kesana mengunjungimu Nak.
Dengan berbagai bujuk rayuan dan penjelasan tentang
gambaran Pondok Pesantren Kaballangang, maka tanpa pertimbangan, akhirnya kami
langsung mengiyakan niat baik dan harapannya Orangtua saya, maka senanglah
Kedua Orangtua saya mendengarkan kesiapan dan persetujuan saya masuk Pesantren
Kaballangang. Dengan penuh haru dan gembira saya langsung dipeluk Bapak Mama
saya, sambil dibisikkan mudah-mudahan jadi anak yang saleh, dan bisa betah di
Pesantren Nak.
Rupanya informasi tentang Pesantren Kaballangang
dari informasi dan ajakan ‘Guru Laddu’ nama lengkap maaf saya tidak tahu, yang
jelasnya beliau adalah (orang tua kandung dari Uztas K.H.Yunus Samad, Lc). Kemudian
selanjutnya, Orangtua saya mempertimbangkan supaya kami ke Pesantren tidak
sendirian, bagusnya ada teman sekampung juga masuk (agar ada temannya masuk
Pesantren) agar tidak merasa asing di sana nantinya, maka dibujuklah
tetangganya dan sahabatnya yaitu Lasanunnah supaya membawah juga anaknya masuk
pesantren berdua dengan anak kami. Alhamdulillah setelah dijelaskan tetangga
dan sahabatnya Bapak saya, yang bernama Lasunnah (Orangtua Darwis Sunnah).
Alhamdulillah Beliau termotivasi juga memasukkan dan menyetujui anaknya masuk
ke Pesantren Kaballangang. Anak tersebut bernama Darwis Sunnah, panggilan kampungnya
“Awi”.
Setelah saya mengetahui tidak sendirian ke
Pesantren, tetapi berdua dengan Darwis, bertambah senanglah saya, dan hampir
semua teman SD kami, saya ceritakan maksud Orangtua saya memasukkan ke
Pesantren, dengan cerita apa yang pernah saya dengar dari Orangtua, Cuma sering
salah sebut, tapi sebenarnya tidak salah sebut, karena memang itulah bahasa dan
kalimat yang saya pahami waktu itu, saya cerita begini ke teman-teman “Saya
nanti di sana banyak teman, bisa ceramah, baru enaknya di Pesantren itu tinggal
di ‘ASMARA’ lagi, padahal yang betul ‘ASRAMA’. Ketawalah semua teman-teman yang
mendengarnya, mengatakan salah.. bukan ‘ASMARA’ tapi ‘ASRAMA’, saya bilang
tidak, memang saya tinggal di ASMARA’ kwkwkwkw…. diketawai lagi saya. Dengan
lugunya saya bilang kenapa ketawa na.. memang betul ASMARA bukan ASRAMA, coba
ke rumahku tanya bapakku pasti Dia bilang ‘ASMARA’, hehehe.... ketawa lagi
teman-temanku sampai hampir berkelahi mempertahankan kalimat ‘ASMARA’
hahaha……..
Detik-detik keberangkatan kami ke Pesantren
Kaballangang, bersama dengan teman saya Darwis Sunnah. Akhirnya setelah kami
berdua Lulus di Sekolah Dasar, maka berangkatlah kami berdua dengan didampingin
kedua orangtua masing-masing, dengan meminta kesediaan ‘GuruLaddu’ mengantar
kami ke Pesantren, dengan maksud supaya mampir dulu di rumah “GURUTTA” sebelum
ke Asrama tempat tinggal kami nantinya, karena Beliaulah yang sudah kenal baik
dengan “GURUTTA”. Sesampainya di rumah “GURUTTA”, sambil kami dipersilahkan
masuk oleh salah satu santri yang tinggal di rumah tersebut. Kami dipersilahkan
duduk, sambil menunggu sekitar 5 menit di ruang tamu, keluarlah “GURUTTA” yang
didampingin oleh ‘GuruLaddu’ sambil dijelaskan maksud kedatangan Keluarga kami,
pada saat itulah satu persatu kami diperkenalkan, ini orang tuanya, dan kedua
anak ini calon santri di sini Puang, tersenyumlah GURUTTA sambil menjelaskan
kondisi Pesantren saat ini, dan ucapan Alhamdulillah terima kasih banyak
bapak/ibu mempercayakan anaknya masuk untuk dibina di Pesantren ini, sambil
melihat dan menunjuk kami berdua, lalu “GURUTTA” mengatakan anak ini adalah
anakKu juga, dan semua santri di sini yang Alhamdulillah sudah mulai banyak
berdatangan dari seluruh pelosok baik dari dalam Sulawesi maupun dari luar
Sulawesi adalah anakKu semua. Dan tiba-tiba “GURUTTA” menghampiri kami berdua
sambil mengusap kepala kami, ketika itu disuruh membuka mulut, untuk didoa’kan
lalu ditiup. Setelah itu dilanjutkan dengan berdoa lagi kembali beserta seluruh
Keluarga dengan semuanya mengangkat tangan, sambil mengaminkan setiap akhir
do’a dari “GURUTTA”. Setelah selesai berdo’a, akhirnya keluarga kami memohon
pamit, dan satu persatu salaman sambil mencium tangan “GURUTTA” diakhiri dengan
ucapan Salam pamit.
Kemudian kami diantar langsung ke Asrama bukan ASMARA,
yang posisinya pintu pertama dari Asrama bangunan Gedung Batu dua petak, yang
masing-masing petakan terdiri dari tiga ruangan, yang diantarai bangunan
Koperasi dan bangunan WC. Dan kami menempati di ruangan pertama pada petakan
pertama.
Setibanya Orangtua saya di Leppangeng tepatnya di
Sengae, pada malam harinya, tiba-tiba Mama saya tidak bisa tidur, muncul
kecemasan dan kekhawatiran dalam hatinya apakah anak saya ini bisa bertahan
tinggal di Pesantren, jangan-jangan tidak sampai satu bulan, atau bahkan
mungkin dalam minggu ini, sudah minta pulang dan menyatakan tidak sanggup
bertahan di Pesantren. Karena anakku ini baru pertama kalinya pisah dengan
saya, dan dia sangat cengen dan manja sekali, karena dia anak bungsuku, yang
selalu tidur dan nanti bisa tidur kalau saya ada di sampingnya, sambil berdo’a
kepada Allah Swt. supaya kami bisa tabah dan bertahan dalam menuntut Ilmu Agama
Islam di Kaballangang.
Alhamdulillah berkat do’a dan ‘Barakka’ “GURUTTA”
dan do’a Kedua Orangtua saya, apa yang dikhawatirkan Mama saya tidak terjadi.
Terbukti mulai dari saya diantar pertama kalinya ke Pesantren Kaballangang
sampai 3 bulan lamanya baru kami pulang sekali saja ke Kampung. Apa yang
menyebabkan sehingga saya betah tinggal di Pondok Pesantren Kaballangang, disinilai
sudah mulai detik-detik mengenal pertama kalinya istilah, “MINAD DZULUMATI ILAN
NUUR”.
Bersambung detik-detik mengenal pertama kalinya
istilah,
“MINAD DZULUMATI ILAN NUUR” di Pondok Pesantren Manahilil Ulum Addariyah DDI Kaballangang.
“MINAD DZULUMATI ILAN NUUR” di Pondok Pesantren Manahilil Ulum Addariyah DDI Kaballangang.
Tulisan sebelumnya:
Artikel berhubungan:
- Seorang Anak Polisi MemburuBarakka’ Ke Kaballangang
- Kenangan DR MuhammadSuaib TahirBersama Anregurutta (3)
- Mengejar Berkahnya Gurutta KeTanah Bugis
- Kenangan DR MuhammadSuaib Tahir Bersama Anregurutta (2)
- Kenangan DR Muhammad Suaib Tahir Bersama Anregurutta (1)
- Haul Gurutta Ambo Dalle
- Isra'-Mi'raj Ke Elle Salewo-E Bersama Gurutta H. Jamalu
- Seorang Muhajir Fakir
1 comment:
kanda Muntaha: andalah yang memperkenalkan pada kami tentang Ponpes DDI Kaballangang : sy masih ingat kanda Muntaha datang ke daerah kami ceramah ramadhan, waktu itu penceramah cilik baru yang pertama di masjid kami....sy dan semua jama'ah sungguh kagum dan tidak sedikit yang meneteskan air mata menyimak ceramah Kanda Muntaha yang dimulai dengan kata Minaddzhulu mati ilannur...dan seterusnya..walhasil..orang tua saya berniat untuk memasukkan saya ke Ponpes DDI Kblg..itu tanpa sepengetahuan saya...orang tua saya hanya bilang katanya maw disekolahkan di pinrang...1 tahun dari sana,saya mengikuti jejak Kanda Muntaha pergi ceramah keliling....dengan bekal dari Training da'wah tiap malam jumat"..juga tidak lupa menghafal konsep yang disusun oleh AG.K.H jamaluddin....dari situlah saya banyak diikuti oleh junior-junior baru ikut mondok di Pesantern..thanks Allah,Thanks Kanda Muntaha (Mayoenk)
Post a Comment