INTHILAQ
Oleh: Tahir Abu
Dalam teori perang ala barat setidaknya ada dua
strategi yang wajib dilakukan untuk menjadi kampiun. Pertama berusaha
merontokkan lawan baik fisik maupun psikis. Kedua berusaha memperbaiki kualitas
internal kita sendiri. Saya rasa dilapangan hijau pun Jose Maurinho (Real
Madrid is The Best – red) kerap mendikte taktik dan strategi ini. Buktinya
di Club manapun melatih dia selalu sukses mengangkat trofi.
IAPDIKA punya misi besar. Dan itu adalah pasti.
Setidaknya membawa angin perubahan dalam tubuh DDI. Saya, dan mungkin kita
semua tidak pernah menganggap "mereka-mereka" pemegang status quo di
struktur DDI sekarang sebagai musuh. Tapi perubahan ini adalah pasti dan
pergiliran itu adalah muthlak. Maka mau tak mau disini kita harus berhadap-hadapan.
Harus ada yang lengser, demi sebuah perubahan dan misi besar tadi.
Kalau kita bersatu dan 'semangat 45' tetap terjaga,
saya yakin semuanya tinggal menunggu waktu. Tapi muncul pertanyaan besar,
setelah "musuh" berhasil kita rontokkan, secara internal sanggup kah kita
mengambil alih tugas ini ??!!
Min Huna Nabda'... Dari sinilah kita mulai. Itulah
INTHILAQ yang saya maksud. Sah-sah saja kita mengharapkan figuritas Gurutta DR.
Rusdy misalnya, kemudian di topang oleh kharisma barisan ulama sekaliber
Gurutta Farid Wajedi, Gurutta DR Syamsul Bahri, Gurutta DR Rahim, Gurutta KH.
LuQman. Tapi secara usia mereka tidak muda lagi. Seleksi alam akan berlaku dan
itu sunnatullah.
Maksud saya sudah kah kita mempersiapkan generasi
baru untuk melanjutkan tongkat estapet selanjutnya? Sudah ada tidak sosok
PASSELLE PASAU jilid dua kelak? Perlu ada figur dan sosok baru yang kita orbit
dan promosikan dari sekarang. Perlu ada "TOKOH" baru yang berasal
dari rahim DDI. Yang benar-benar anak kandung DDI bukan anak angkat bukan pula
anak pungut. Berdoa kita bersama, sembari berharap mudah-mudahan momentum
DEKLARASI IAPDIKA menjadi INTHILAQ untuk sebuah perubahan hakiki. Amiin.
No comments:
Post a Comment