Sunday, April 28, 2013

PERTEMUAN TUDANG SIPULUNG DDI DI SAMARINDA AJANG DEKLARASI PASSELLE PASAU-NA GURUTTA AD:



DDI Menyambut Munculnya Tokoh Pembaharu Putra Pingitan

Anggota Tim Peliputan IMC - Ketua IAPDIKA Reg. Pare-Pare

Pertemuan Tudang Sipulung warga DDI di rujab pemkot Samarinda - Kaltim (27-28/4) lalu, yang sekaligus menandai era kebangkitan “Gerakan Perubahan" di DDI. Pelbagai manuver politik mulai muncul ke permukaan. Seperti menanti “Passele Pasau” sebagai figur pemersatu DDI, isu mengenai dualisme dan penyatuan DDI juga mulai mencuat dalam pertemuan tersebut. Isu penyatuan kembali DDI digunakan oleh semua pihak yang hadir dan ingin melihat kemajuan DDI . Alasan utamanya adalah bahwa gagasan penyatuan DDI adalah suatu keharusan dan mutlak diperjuangkan oleh semua warga DDI. Siapapun yang menolak dan menghalangi gagasan tersebut akan ditolak dan dianggap GPK (Gerakan Pengacau Keamanan) DDI.

IPDIKA sebagai lokomotif gerakan perubahan di DDI dalam pertemuan tudang sipulung tersebut misalnya merisaukan adanya disentregrasi yang terjadi di DDI, munculnya dualisme dibawah kepemimpinan Muiz Kabry, dan terpuruknya sejumlah pesantren yang dulu menjadi simbol kejayaan DDI dianggap sebagai bentuk lain dari kegagalan Muiz Kabry , Zainuddin Mubarak, yang dikenal sebagai aktivis vokal di IPDIKA bahkan dengan tegas menolak keberadaan Muiz Kabry dan Yunus Samad yang dianggap paling bertanggung jawab atas munculnya berbagai persoalan tersebut.

Kegiatan Tudang sipulung yang dihadiri para Tokoh DDI dan Alumni dari berbagai Cabang DDI di Kalimantan ini berlansung dengan tertib dan penuh keakraban sehingga moment seperti ini diharapkan mampu menjadi perekat dalam menyatukan DDI kedepan. Munculnya Gagasan penyatuan DDI sebenarnya sudah lama dikembangkan dan diharapkan oleh semua Alumni DDI. Menolak gagasan yang berkembang di kalangan alumni DDI adalah pilihan yang tidak bijak. Karena itu Para pemimpin DDI harus menyadari bahwa telah terjadi perubahan di dalam tubuh organisasi.

Gagasan-gagasan yang dikembangkan oleh alumni boleh jadi jauh lebih maju dan relevan untuk pengembangan organisasi di masa depan. Gagasan-gagasan semacam keterbukaan, kemajuan dan toleransi adalah sangat penting bagi organisasi besar seperti DDI.

DDI adalah organisasi besar, bahkan berbagai kalangan menyebut sebagai ormas Islam terbesar ketiga nasional setelah NU dan Muhammadiyah, tentunya mempunyai harapan yang sangat besar pula. Dan jika organisasi ini dibiarkan stagnan dan terus-menerus mempertahankan sikap statis, dan anti perubahan maka yang akan merugi adalah seluruh bangsa. Dengan kebesaran yang ada, organisasi ini sejatinya membutuhkan regenerasi. Sehingga upaya untuk kembali menjadi PB setelah menduduki posisi Majlis A’la adalah percuma. Yang dibutuhkan dari organisasi ini adalah gebrakan-gebrakan dinamis untuk transformasi sosial ke arah yang lebih baik.

Sejak Tahun 1973 di bawah tangan besi Muiz Kabry, DDI seolah adalah organisasi kecil yang butuh pengakuan. Itulah yang menjelaskan kenapa DDI tampak enggan memberi respon tegas terhadap pelbagai persoalan bangsa. Tiga puluh enam tahun di bawah kendali Muiz Kabry, DDI muncul sebagai organisasi kerdil yang seolah harus selalu mengikuti arus konservatifisme agar ia tetap eksis. Sejatinya pilihan-pilihan kebijakan yang mengikuti arus itu tidak terlalu dibutuhkan oleh DDI, karena pada dirinya adalah organisasi besar.

DDI membutuhkan pemimpin-pemimpin seperti DR. AGH. M.A. Rusdy Ambo Dalle dan Prof. AGH. DR. Andi Syamsul Bahri Galigo, MA, Kedua tokoh itu memiliki kesadaran tentang betapa besar organisasi DDI yang didirikan Al-Marhum Gurutta AGH. Abdurahman Ambo Dalle.

Dengan kesadaran semacam itu, keduanya dengan diharapkan bisa melakukan gebrakan-gebrakan dinamis. Mereka tidak takut berseberangan dengan dominasi status Qou. Mereka dengan lantang dan tegas melakukan proteksi terhadap DDI Mangkoso yang menjadi bulan-bulanan Muiz Kabry. Mereka dengan gagah berani melakukan pembelaan terhadap siapapun yang didzalimi. Mereka maju di garda depan menentang segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan. 

Selain Dr. Rusdy dan Prof. Dr. SBAG, turut pula mendukung gagasan pembaharuan ini yaitu Prof. AGH. Faried Wajedi, MA, Drs. AGH. Lukmanul Hakim, Lc dan Tokoh DDI Kaltim, mereka berdiri sejajar mengucapkan "BISMILLAH,,, YES Perubahan NO Status Quo". Sikap-sikap semacam ini hanya muncul dari tokoh yang merasa bahwa organisasi yang didirikan Gurutta adalah organisasi besar, dan disegani ditanah air.
  

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

MyBukukuningLink

Bertukar link?



Copy kode di bawah masukan di blog anda, MyBukukuning akan segera linkback kembali. TRIMS!

Super-Bee

Popular Posts

BOOK FAIR ONLINE

Book Fair Online

Blog Archive

PENGOBATAN LANGSUNG DENGAN HERBAL ALAMI:

BURSA BUKU IAPDIKA: "KASIH SANG MERPATI" (Rp 25.000)

animated gifs
Info | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA

IAPDIKA GALERI:

animated gifs
Info: | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA