Merakit Kembali Serpihan-Serpihan Peradaban Yang Tersisa
Oleh: Tahir Abu
Kata Ibnu Khaldun al-Magribi al-Andalusi dalam karya
monumentalnya “Al-Muqoddimah”: “Peradaban adalah seperti makhluk hidup yang
memiliki umur dan batsan, ia bermula dari fase kelahiran, remaja, menua lalu
mati. Masa tua bagi sebuah peradaban adalah sebuah daur kehidupan yang alami.
Ia merupakan penyakit kronis yang tidak mungkin diobati”.
Bagi saya, Pondak Pesantren Manahilil Ulum DDI Kaballangang
adalah sebuah peradaban besar yang pernah lahir di Bumi Lasinrang. Barangkali
semua sepakat bahwa puncak kejayaan Kaballangang adalah era akhir 80-an atau
sekitar 90-an, saya sendiri menjadi santri di Kaballangang tahun 2000-an yang tinggal
menikmati puing-puing kejayaan itu.
Masyarakat pun ramai-ramai meramal mempradiksi
bahwa kaballangang telah habis, bahkan muncul istilah “Cappu’ni” Barakka’na.
Kerja keras para senior kita di IAPDIKA patut di
apresiasi, “to lisu mappideceng na ri patudang paselle pasau-na Gurutta ri
ammemangenna”, itulah ruh semangat yang diusung. Ya’ni mencoba merakit
kembali serpihan-serpihan peradaban yang tersisa dan mengembalikan amanah
Gurutta kepada “Putra mahkota” yang telah dipersiakannya.
Analisa Ibnu Khaldun memang asumsi dari banyak
peristiwa sejarah, meski itu baru sebatas teori. Kita semua berharap dari
gerakan IAPDIKA ini akan lahir sejarah baru, kami semua yakin “Purnama DDI” itu
akan kembali bersinar terang untuk kedua kalinya di Kaballangang. Dan meraih
takdirnya sebagai peradaban yang “oppo” untuk kedua kalinya. Wallahul Musta’an.
No comments:
Post a Comment