Sebuah Surat
Terbuka Untuk Adinda Zainuddin Mubarak (Landrover)
Oleh: Dr. Suaib Tahir
Surat terbuka
ini kupersembakan untuk adinda yang tercinta Zainuddin Mubarak Rover supaya
tidak berontak lagi di FB melawan IMDI hehehehehe
Rover! Ada dua
typical anak-anak DDI sejak dulu sampai saya tinggalkan Kaballangang tahun
1988, bahkan mungkin sampai sekarang:
- Pertama: Anak DDI yang tumbuh dan berkembang dalam kancah keorganisasian dan pengkaderan. Umumnya anak-anak DDI yang tumbuh dalam lingkungan ini, cenderung bergerak ke arah perpolitikan dan hiruk pikuk keorganisasian dan pengkaderan. Kelompok ini kurang menguasai ilmu-ilmu agama yang orisinil karena mereka kurang tertarik dengan pengajian kitab-kitab kuning sehingga mereka kurang mampu berkiprah di masyarakat tetapi unggul dalam dunia akademis dan perpolitikan.
- Kedua: Anak DDI yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan pendidikan, pengajaran dan pengabdian ke masyarakat. Umumnya anak-anak DDI yang tumbuh dalam lingkungan ini, cenderung mengabdi di bidang pendidikan dan dakwah dan bergerak dalam hiruk pikuk kemasyarakatan dan dakwah. Kelompok ini, memiliki kapasitas ilmu-ilmu agama yang didasarkan pada sumber hukum Islam yang orisinil dan mampu menjadi tokoh dan pengayong masyarakat bahkan diantara mereka ada yang menjadi Guru Besar di berbagai Universitas.
Kedua kelompok
ini, memiliki keistimewaan dan kekurangan masing-masing. Keistimewaan kelompok
pertama, mereka berperan dalam memperkenalkan DDI di lingkungan ormas lainnya
seperti, Muhammadiyah dan organisasi kepemudaan lainnya yang tumbuh berkembang
di Indonesia saat itu. Sementara keistimewaan kelompok kedua, aktif
memperkenalkan DDI di masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh nasional dan para
dermawan dan kalangan elit dan politikus.
Kekurangan
kelompok pertama kurang memperhatikan kwalitas pendidikan dan dakwah dan
pengabdian ke masyarakat. Sementara kekurangan kelompok kedua, kurang mampu
mendeteksi ancaman-ancaman dan persaingan yang dihadapi di luar lingkungan DDI.
Kedua kelompok ini seperti yang dikatakan oleh penyanyi legendaries Mesir, Ummu
Kaltsum dalam syair lagunya (كل يغني علي ليله).
Faktor munculnya
phenomena ini juga tidak terlepas atas indikator kepemimpinan di Ujung Lare.
Gurutta yang tidak terjun ke dalam hal-hal yang terkait dengan pengkaderan atau
ke-DDI-an bahkan mencela mereka yang aktif di pengkaderan, selain karena
kesibukan Gurutta menunaikan kewajibannya di tengah-tengah masyarakat dan di
Ponpes DDI Kaballangang, Gurutta juga terfokus pada hal-hal yang terkait dengan
kelangsungan hidup DDI secara utuh.
Hal ini telah
dimanfaatkan oleh orang tertentu untuk memfokuskan perhatian pada hal-hal yang
terkait dengan ke-DDI-an dan pengkaderan dengan tujuan popularitas. Akibatnya
muncul dua typical anak DDI saat itu. Yang satu, dekat dan mengikuti langkah
Gurutta dan tidak memperhatikan hal-hal yang terkait dengan pengkaderan dan
hiruk pikuk keorganisasian.
Satunya lagi,
dekat dan mengikuti langkah mereka yang sibuk dalam hiruk pikuk pengkaderan dan
keorgansasian sehingga mereka tidak memperhatikan hal-hal yang terkait dengan
pendidikan dan dakwah serta kemasyarakatan secara langsung.
Sebagai catatan:
anak-anak DDI yang masuk dalam kelompok kedua umumnya memiliki rasa tanggung
jawab terhadap pendidikan, dakwah, pengabdian dan keikhlasan yang sangat tinggi
terhadap DDI sehingga tidak sedikit diantara mereka yang mengabdi di masyarakat
dan cabang-cabang DDI di berbagai daerah.
Sementara
kelompok pertama lebih memiliki keinginan untuk mencapai popularitas, elegansi
dan kekuasaan dalam tubuh DDI dan kurang berminat untuk terjun ke dalam dunia
pengabdian pendidikan dan dakwah.
Untuk sementara
dan mohon koreksi, IAPDIKA nampaknya mewaliki kelompok kedua sementara IMDI
nampaknya mewakili kelompok pertama. Dua kelompok ini, adalah dua saudara
kandung yang lahir dalam satu rumah tangga. Yang satu, lahir di era reformasi
dan digital, sementara yang satu lahir sebelum era reformasi dan digital
sehingga masing-masing kelompok memiliki karakteristik tersendiri.
IAPDIKA lebih
terbuka dan transparansi antara satu dengan yang lain dan pada waktu yang sama
bersifat konservatif. Sementara IMDI lebih ekslusif dan defensive. Perbedaan
karakteristik ini, adalah sesuatu yang mutlak sebagaimana halnya saudara
kandung dalam satu rumah tangga yang memiliki karakteristik yang berbeda. Namun
memiliki kesamaan, yaitu sama-sama cinta rumah tangga dan satu dalam tujuan.
Oleh karena itu,
di era millinium kedua ini yang ditandai dengan era digital, dimana komunikasi
antara satu dengan yang lain sudah sangat mudah, maka alangkah indahnya
seandainya dua kelompok ini memanfaatkan fasilitas ini untuk membangun satu
kekuatan dan bersatu dalam visi dan misi menyongsong purnama DDI 2014 dengan
meninggalkan seluruh atribut-atribut yang sudah tidak layak lagi dipertahankan.
Semua hidup di
era keterbukaan, transparansi dan demokrasi. Tidak perlu lagi fanatisme
terhadap kelompok atau koncoisme. Tidak perlu lagi tunduk pada doktrin yang
sifatnya hanya sebagai fatamorgana, tidak perlu larut dalam asuhan orang-orang
yang hanya mengejar kepentingan pribadi dan keluarga, tidak perlu terlena atas
janji-janji yang tidak jelas, tidak perlu membanggakan apa yang dimiliki dan
tidak perlu mengkultuskan orang yang menjadi mudharat bagi kepentingan umum.
Mari kita
membangun professionalisme, bercermin pada orang atau organisasi lain, saling
menghormati antara satu dengan yang lain, bekerjasama dan bertukar pikiran
secara sehat dan terbuka dan menjadikan hati dan pikiran sebagai salah satu
dasar dalam bertindak. Mari kita bangun kebersamaan, persaudaraan dan
silatuhrahim. Mari kita bekerja keras dengan penuh keiklhasan yang dibangun
atas niat yang baik dan tekad yang kokoh dan mari kita menyadari sepenuhnya
akan pentingnya perbaikan dan reformasi DDI secara comprehensive.
Sekian dan
terima kasih dan salam hormat. Kanda Suaib Tahir
No comments:
Post a Comment