Monday, February 11, 2013

BARAKKA' (BERKAH) ANREGURUTTA AMBO DALLE MELIPUTI SELURUH SANTRINYA:



“Kisah Kembali Ke Mabda Seorang Alumni”

Sama seperti santri-santri lainnya, motivasi saya nyantri ke Kaballangang ketika menimba ilmu pengetahuan unlimited dari para senior, ibarat debit air terjun Niagara yang mengagumkan itu. Sayangnya, cawan saya kecil dan hanya mampu menampung sedikit ilmu pengetahuan yang tercurah. Dan kembali ke kampung halaman dengan predikat alumni DDI Kaballangang yang masyhur itu.

Hari-hari saya selanjutnya sarat dengan aktivitas duniawi, utamanya urusan perut dan sekilan di bawahnya. Mungkin “barakka” (berkah) Anregurutta Ambo Dalle yang lupa tersykuri, saat itu saya diterima bekerja disebuah perusahaan migas. Dari pekerjaan baru tersebut, selain meraih materi saya juga mendapat benefit lain berupa pengalaman bergaul dengan berbagai pribadi dari latar belakang status sosial, ekonomi, ras, pendidikan, serta keyakinan yang berbeda dari saya yang berlebel santri.

Sayangnya, dalam proses interaksi itulah iman saya ter-abrasi, terlena oleh fatamorgana kehidupan hedonis, saya lalai dengan identitas sebagai muslim. Salat 5 waktu, puasa di bulan Ramadan terlantar karena alasan pekerjaan. Sampai peringatan itu datang. 

Jasmani saya dihinggapi penyakit aneh yang entah dari mana muasal-nya. Perut kembung, dadak sesak, dan bahkan seluruh anggota tubuh meriang. Kondisi bathin suasananya juga tidak lebih baik tapi penyakit insomnia-lah yang paling terasa menyiksa.

Beruntung, status sebagai karyawan perusahaan kontraktor migas cukup membantu usaha saya mendapatkan layanan medis. Pertama kali saya coba memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam karena keluhan utama saya ketika itu, sesak nafas. Tidak kurang enam kali saya harus bolak-balik berkonsultasi ke seorang dokter spesialis penyakit dalam ternama di kota samarinda, sedangkan jarak perjalanan darat antara Samarinda dan tempat tinggal saya di Muara kembang sekitar 80 kilometer pulang-pergi. Kalau menggunakan angkutan sungai, lama perjalanannya bisa mencapai 12 jam.

Setelah enam kali berkonsultasi, dokter yang memeriksa akhirnya menyerah. Menurut dokter, paru-paru saya normal-normal saja meski dada tetap saja terasa sesak. Berikutnya, saya ke dokter penyakit dalam lain tapi yang saya periksakan adalah ginjal. Pulang dari pemeriksaan, saya membawa pulang serenteng obat-obatan berdosis tinggi, entah apa nama-namanya, yang pasti itu bukan bahasa Bugis.

Berharap, setelah meminum resepnya tubuh akan enakan ternyata malah sebaliknya. Sepanjang malam, saya tidak bisa tidur gara-gara perut membuncit setelah obat bereaksi. Lantaran jengkel, semua obat yang harganya di atas setengah juta rupiah itu saya buang saja ke sungai Mahakam, larut bersama pengharapan sembuh saya.

Gara-gara kecewa dengan dokter spesialis, akhirnya saya beralih kepengobatan alternatif mulai dari ahli pijat sampai yang berlabel paranormal. Jarak bukan menjadi masalah, dimana ada informasi paranormal berpraktek pasti akan saya datangi. Dari sekedar jampi-jampi di air putih (tawe`) sampai ritual bakar-bakar dupa pernah saya jalani, semua karena alasan ingin segera sembuh. Tapi, hasilnya tetap saja nihil samane.

Mungkin karena prihatin dengan melihat penderitaan saya, salah seorang adik sepupu perempuan coba menasehati dengan sebuah kalimat singkat “tacobai sige massumpajang sibawa mangaji-ngaji daeng, barakuammengi ia nassabari napaja lasata?” sarannya dengan suara rendah. “Ajanna muppagguruka, na yoloka missengi yatu naiko”, kataku ketus.

Saran adik tentu saja saya abaikan, sampai datangnya peringatan dari almarhum Anregurutta Ambo Dalle, maka dalam keputus-asaan, tiba-tiba saya bermimpi bertemu Anregurutta. Tidak ada pesan keluar dari mulutnya tapi saya bisa merasakan kalau beliau saat itu sedang marah besar. Saat itu juga saya terjaga terus bangkit mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat fardu Isya yang sudah sekian lama saya abaikan.

Masya Allah, sungguh sebuah karunia tak terhingga dari Ilahi rabbi. Masih dalam posisi shalat, tiba-tiba terasa sebuah hawa sejuk menerpa dan meresap di setiap titik pori-pori tubuh. Terasa waktu berhenti berputar, tubuh bergetar layaknya seseorang yang tengah mengalami ejakulasi sedangkan air mata mengucur deras sederas musim hujan di bulan september.  “Terima kasih ya Allah, engkau telah mengembalikan aku ke mabda`ku semula sebagai seorang santri”, ucapku dalam doa.

Sejak saat itulah, saya berikrar dalam hati untuk tidak lagi berani meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim. Termasuk kebiasaan buruk, M-E-R-O-K-O-K.

Salam rinduku untuk kalian semua, alumni DDI Kaballangang. Selamat berjuang, doa dan pengharapanku selalu. Wassalam, tertanda abidin muara kembang. 
Artikel berhubungan:

Mengejar Berkahnya Gurutta Ke Tanah Bugis
 


No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

MyBukukuningLink

Bertukar link?



Copy kode di bawah masukan di blog anda, MyBukukuning akan segera linkback kembali. TRIMS!

Super-Bee

Popular Posts

BOOK FAIR ONLINE

Book Fair Online

Blog Archive

PENGOBATAN LANGSUNG DENGAN HERBAL ALAMI:

BURSA BUKU IAPDIKA: "KASIH SANG MERPATI" (Rp 25.000)

animated gifs
Info | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA

IAPDIKA GALERI:

animated gifs
Info: | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA