Saturday, February 23, 2013

SISTEM DINASTI ALA WALI SONGO DAN LEMBAGA "PASSELLE PASAU" ANREGURUTTA AMBO DALLE:



Renungan Jum’at :
Merajuk tradisi Jawa ke dalam DDI

Oleh: Dr. M. Suaib Tahir

Sejak era Wali Songo hingga saat ini, masyarakat Jawa telah mengenal Pesantren sebagai tempat menimbah ilmu agama dan menjadikan sebagai pusat kegiatan ilmiah dan dakwah masa itu. Dalam perkembangannya, Pesantren telah memproduksi putra-putra terbaik bangsa sehingga tidak mengherankan jika dikatakan bahwa Pesantren dan kiyainya telah memainkan peran penting dalam mencapai kemerdekaan dan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.

Siapa diantara kita khususnya kaum Nahdiyyin yang tidak mengenal KH. Hasyim Asy’ari sebagai tokoh pendiri NU dan Pesantren Tebuireng di Jawa Timur dan sederatan ulama lainnya yang telah memainkan peran dalam kemerdekaan dan pembangunan bangsa termasuk Gurutta sebagai Pendiri DDI di Sul-Sel. Pesantren-Pesantren tersebut di Jawa hingga saat ini masih eksis dan tetap memegang teguh sistem pendidikan yang telah dikembangkan oleh sang pendiri.

Yang menarik sekali karena di tengah-tengah era globalisasi dan maraknya madrasah-madrasah yang menawarkan pendidikan agama dengan sistim moderen. Namun tetap menjadi idola masyarakat untuk memasukkan anak-anaknya guna menggali ilmu pengetahuan dan menjadi tujuan para profesionalisme untuk berwisata ruhani di sela-sela kekosongannya khususnya di bulan Ramadhan. Bahkan yang lebih menarik lagi karena para tokoh di Pesantren tersebut menjadi inspirasi bagi setiap politikus yang ingin berkuasa di negeri kita sehingga hampir setiap politikus tidak akan berani maju ke ke dalam kancah pertarungan politik sebelum mendapatkan restu dari sang-sang kiyai pemimpin di Pesantren tersebut.

Muncul pertanyaan, apa yang mengakibatkan sehingga Pesantren di Jawa bisa tetap eksis, berjaya dan berwibawa walaupun telah ditinggal mati sang kiyainya puluhan tahun yang lalu bahkan berabad-abad. Namun, tetap menjadi idola msyarakat, professional dan para politikus?. Apakah karena Pesantren tersebut memiliki dana sehingga tidak membutuhkan sumbangan dari luar? Ataukah karena pemimpinnya memiliki kharisma, tulus, ikhlas dan komitmen sehingga pesantren tersebut tetap eksis?.

Di Jawa berlaku sistim dinasti dalam kepemimpinan Pesantren. Sistim ini tidak termuat dalam AD-ART. Akan tetapi sudah menjadi ketentuan yang tidak bisa dirubah dan menjadi konsensus masyarakat dan para ahli Pesantren. Bahkan di NU sendiri terkesan berlaku sistim ini, sehingga jika Ketua Tanfiziyah bukan dari bani Hasyim Asy’ari atau yang dipilih oleh mereka, maka kemungkinan Pengurus tersebut dalam masa periodenya akan mengalami hambatan atau akan disingkirkan oleh kaum sarungan yang merupakan penentu utama dalam tubuh NU yang mayoritasnya berasal dari bani Hasyim dan cucu-cucunya.

Di Jawa, jika seorang pimpinan Pesantren atau sang Kiyai meninggal dunia, maka kepemimpinan otomatis akan beralih ke anak pertamanya yang laki-laki. Jika tidak terdapat anak laki-laki, maka akan diserahkan kepada saudara atau keluarga terdekat. Jika tidak terdapat keluarga dekat secara hubungan darah, maka akan diserahkan ke menantu Sang Kiyai. Orang Jawa meyakini bahwa jika kepemimpinan dialihkan kepada yang bukan keluarga sang kiyai, maka Pesantren dipastikan tidak akan berjalan dan lambat laun akan mengalami kemundurun.

Hal ini karena integritas yang bukan keluarga sang kiyai sangat minim dibanding integritas keluarga sang kiyai walaupun orang lain itu pintar di banding putra sang kiyai. Dengan menunjuk putra sang Kiyai, maka Pesantren akan hidup secara berkesinambungan mengingat kepercayaan masyarakat yang sangat tinggi dan akan selalu mendukung putra sang kiyai dalam menghadapi berbagai tantangan di sekitarnya. Karena itu, pemimpin-pemimpin Pesantren di Jawa, sejak dini telah berusaha semaksimal mungkin membentuk regenerasi dari keluarganya untuk melanjutkan kepemimpinan Pesantren yang telah dibangun oleh sang ayah. Bahkan mereka tidak tanggung-tanggung mengirim putranya ke luar negeri dengan harapan kelak akan menjadi Passelle Pasau atau menjodohkan putrinya dengan seorang calon kiyai.

Kepemimpinan seperti in memang agak aneh di tengah-tengah kehidupan demokrasi dan reformasi khususnya di era globalisasi ini. Namun ini suatu fakta nyata yang harus diakui dan diterima karena tradisi kepemimpinan seperti ini bukan saja berlaku di Pesantren. Akan tetapi juga di perusahaan-perusahaan swasta, dulu dan sekarang. Sebuah perusahaan bergensi tidak akan berlangsung lama sepeninggal pendirinya jika yang memimpin perusahaan dimaksud berasal dari orang lain bukan saja di Indonesia tetapi juga di Arab dan Eropa.

Sistim kepimpinan Dinasti ternyata tetap dibutuhkan dalam ruang lingkup tersendiri karena sistim ini bukan saja memiliki keistimewaan seperti integritas tinggi sang penerus dalam melanjutkan perjuangan pendahulunya tetapi yang paling penting adalah tanggung jawab sang penerus untuk memelihara dan mengembangkan amanah dan warisan karena ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan sang pendahulunya.

Bagaimana dengan DDI? Apakah setelah Gurutta meninggal diambil alih oleh putra pertamanya atau keluarga dekat, atau orang lain? Apakah DDI masih seperti dulu atau bagaimana? Bagaimana kepercayaan masyarakat setempat terhadap Pesantren DDI? Masihkah seperti dulu atau bagimana?.

Sejumlah pertanyaan yang perlu kita jawab secara seksama selaku warga DDI, lalu memikirkan bagaimana selanjutnya dan apa yang harus dilakukan di masa yang akan datang. Jika sebagian alumni memang melihat bahwa DDI sudah tidak lagi seperti dulu ketika Gurutta masih ada, dan kepercayaan masyarakat terhadap madrasah DDI sudah tidak lagi seperti dulu dan masih ada harapan dan peluang untuk berkreasi lebih banyak demi DDI, maka tidak ada salahnya, jika alumni-alumni DDI di manapun berada berinisiatif untuk membentuk sebuah perhimpunan untuk melakukan perubahan, perbaikan atau reformasi dalam tubuh DDI dengan merajuk sistim kepemimpinan Pesantren di Jawa ke dalam tubuh DDI.
Sekian.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

MyBukukuningLink

Bertukar link?



Copy kode di bawah masukan di blog anda, MyBukukuning akan segera linkback kembali. TRIMS!

Super-Bee

Popular Posts

BOOK FAIR ONLINE

Book Fair Online

Blog Archive

PENGOBATAN LANGSUNG DENGAN HERBAL ALAMI:

BURSA BUKU IAPDIKA: "KASIH SANG MERPATI" (Rp 25.000)

animated gifs
Info | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA

IAPDIKA GALERI:

animated gifs
Info: | KLIK: DI SINI | By IAPDIKA